Artikel

Pengobat Rindu Setelah Lama Vakum, Festival MTD Kembali Digelar

Klojen (malangkota.go.id) – Kalau di Bandung miliki cerita Bandung Lautan Api, di Kota Malang juga memiliki kisah perjuangan yang luar biasa, yakni Malang Bumi Hangus. Cerita dahsyatnya kegigihan arek-arek Malang dalam mengusir penjajah itu akan disuguhkan di Festival Malang Tempo Doeloe (MTD) 2017 yang sedianya digelar di Jl Ijen, Kota Malang, Minggu (12/11).

Dwi Cahyono saat memberikan keterangan

Penggagas dan pemilik hak paten MTD, Dwi Cahyono, mengungkapkan setelah lebih dari empat tahun tidak digelar, MTD akan kembali hadir di Kota Malang. MTD sebagai ikon Kota Malang ini digelar sebagai pengobat rindu warga masyarakat setelah sekian lama MTD vakum.

“Sengaja MTD kali ini digelar sehari untuk melihat respons masyarakat apakah benar-benar rindu MTD atau hanya sekedar basa-basi saja,” ucap Dwi, Senin (6/11).

Dwi menambahkan  sejak digelar tahun 2006 lalu, konsep MTD sudah banyak diadopsi daerah lain untuk dicontoh. Setidaknya ada sepuluh kota di Indonesia yang memakai konsep dari MTD.

“Banyak daerah lain ingin melihat langsung bagaimana MTD digelar di Kota Malang. Ini unik, di saat daerah-daerah lain mencontoh MTD, di Kota Malang sendiri MTD tidak digelar,” imbuhnya lagi.

Diceritakannya, ajang MTD tahun 2017 ini akan menjadi ajang evaluasi apakah ke depannya MTD perlu digelar lagi ataukah tidak. Ia ingin MTD benar-benar bisa menjadi ajang edukasi dan ajang belajar bersama bukan pasar bersama.

Dari keinginan itu Dwi berharap nantinya di MTD 2017 tidak sampai menjadi ajang Pedagang Kaki Lima (PKL) yang pindah, namun dikerjakan secara serius untuk mengulang sukses pelaksanaan MTD terdahulu.

Salah satu konsep yang sudah disiapkan Dwi untuk MTD tahun 2017 ini adalah kisah heroik perjuangan arek-arek Malang dalam peristiwa Malang Bumi Hangus. Ini juga menjadi kado Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November.

Melalui karya ini Dwi juga ingin menyampaikan kegigihan perjuangan para pejuang dari wilayah-wilayah pinggiran kala itu seperti dari Malang, Mojokerto, Sidoarjo.

“Daerah-daerah pinggiran memiliki perlawanan yang sangat luar biasa kala itu. Seperti peristiwa yang dikenal dengan Malang Bumi Hangus,” ungkapnya. (cah/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content