Banyaknya protes dari masyarakat atas penerapan satu jalur namun angkutan kota (angkota) masih boleh melawan arus mendapat perhatian tersendiri dari Forum Lalu Lintas Kota Malang. Agar kenyataan ini tidak menimbulkan kecemburuan sosial, akhirnya disosialisasikan kepada sopir dan pengelola angkota di Balai Kota Malang, Selasa (10/12).
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Drs. Subari mengungkapkan, setelah dilakukan evaluasi selama satu bulan terakhir, rekayasa lalin satu jalur dengan jalur khusus mikrolet memiliki kelemahan. Karena itu, agar satu jalur lebih maksimal maka diwacanakan untuk angkot juga mengikuti satu jalur sepanjang rute Jl. Mayjend Panjaitan, Veteran, Gajayana, dan MT Haryono.
“Sengaja kami adakan sosialisasi angkot juga mengikuti satu jalur ini untuk kepentingan umum. Tidak ada sedikitpun kami untuk menyengsarakan masyarakat. Karena itu, bersama forum lalulintas, hari ini kami melakukan sosialisasi kepada paguyuban mikrolet,” terang Subari, Selasa (10/12).
Adanya gagasan baru ini, disebutkan Subari, karena banyak sekali pertimbangan. Di antaranya akan dibongkarnya jembatan Soekarno-Hatta sebelah timur sehingga ke depan, saat jembatan dibangun, dipastikan akan ditutup. Terjadinya titik kemacetan di kawasan Universitas Brawijaya (UB) dimana lebar jalan menjadi sempit sehingga kurang tersedia lahan parkir.
Kasatlantas Polresta Malang, AKP Aras Genda mengatakan, ada sejumlah indikator yang kemudian mendorong Forum Lalu Lintas untuk memunculkan wacana angkot juga mengikuti program satu jalur. Tujuannya jelas, yaitu untuk mengurai kemacetan yang selama ini menjadi masalah, karena itu dicarikan terobosan untuk mendukung penerapan program satu jalur.
Dari pengamatan di lapangan dan juga testimoni warga, adanya jalur khusus angkot justru dianggap tidak efektif. Adanya jalur khusus tersebut malah menjadi biang kecelakaan lalu lintas. Kondisi jalan pun dirasa semakin tidak ideal, karena jalur yang seharusnya dimaksimalkan 100 persen tinggal 70 persen terpakai untuk one way. Ditambah lagi, warga mengeluhkan kurangnya lahan parkir karena adanya pembuatan jalur khusus tersebut.
“Dari banyak masukan, muncul gagasan nantinya semua kendaraan dari arah Soekarno-Hatta yang akan menuju arah barat tak perlu lagi memutar lewat Jl. Mayjend Panjaitan ke Jl. Veteran lalu lewat Jl. Gajayana. Namun, cukup masuk gerbang UB yang berada persis di depan Jembatan Soekarno-Hatta,” terang Erwin.
Begitu masuk akses tembus tersebut, semua kendaraan yang akan menuju arah Dinoyo akan langsung melewati Jalan Veteran kemudian tetap mengikuti sistem satu arah menuju ke Gajayana. Paling tidak, kendaraan tak usah memutar terlalu jauh ke kawasan Betek. Mikrolet pun harus mengikuti sistem ini.
Koordinator sopir angkota lyn ADL, Arifin mengaku keberatan jika angkot juga mengikuti program satu jalur, sebab hal itu sangat memberatkan sopir angkota. Kebijakan itu juga mempengaruhi rute trayek, bisa menjadi masalah baru, sebab kalau mengikuti satu arah, angkot menjadi memutar terlalu jauh. (cah/dmb)