Klojen (malangkota.go.id) – Jatim Specta Night Carnival (JSNC) merupakah salah satu upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur atau lebih khusus program dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur untuk melestarikan dan menjaga seni dan budaya masyarakat di tiap kabupaten-kota. JSNC tahun 2017 ini digelar di Kota Malang, tepatnya di Jl. Ijen Kota Malang, Sabtu (7/10).
Kota Malang menjadi penyelenggara keempat, dimana pada tahun 2016 yang lalu dilaksanakan di Kota Blitar, sedangkan untuk tahun 2018, rencananya akan diselenggarakan di Kabupaten Sumenep, Madura. Di Kota Malang, sebanyak 30 kabupaten/kota unjuk kebolehan dengan menampilkan seni dan budaya tiap daerah.
Pada gelaran yang dibuka oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo ini dihadiri dua peserta kehormatan, yaitu dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan dari Provinsi Riau. Disampaikan pria yang akrab disapa Pakdhe Karwo itu saat membuka acara, event ini patut mendapat apresiasi semua pihak. Karena selain akan melestarikan budaya, juga berdampak besar terhadap ekonomi kreatif, khususnya yang berbasis seni dan budaya.
“Di bidang ini, Jawa Timur mempunyai potensi yang sangat besar, sehingga memang dibutuhkan ruang kreatif seperti event ini. Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri, dan itu semua merupakan keunikan yang harus terus digali. Berbagai potensi ini, secara otomatis akan turut mendongkrak kunjungan wisata, terutama wisatawan asing yang lebih banyak lagi ke Jawa Timur,” urai Pakdhe Karwo.
Hal serupa juga disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Sinarto. Menurutnya, seni dan berkesenian ini juga bisa menggerakkan sektor-sektor ekonomi kerakyatan dan sektor pariwisata yang sangat signifikan.
Menjaga tradisi ini pun, kata dia, tidak cukup hanya berbekal atas nama pelestarian dan kecintaan saja. “Namun hal ini harus direformulasi, bahkan jika perlu bermetamorfosis agar bisa berhadapan dan bersaing dengan kompetitor-kompetitornya di dunia modern saat ini,” jelasnya.
“Kesenian akan tetap hidup apabila didalamnya ada kreativitas, baik kreativitas dalam memproduksi, menggelar, berpromosi maupun sosialisasi, serta kreatif dalam menghidupi dirinya sendiri. Seni dan budaya ini bersifat fleksibel dan dapat berkembang sesuai selera masyarakat,” papar Sinarto.
Pada perhelatan akbar ini, setiap daerah unjuk kebolehan dengan ciri khasnya masing-masing. Gelaran bertajuk ‘Pesona Topeng Nusantara’ ini cukup menyita perhatian publik dan berlangsung sangat meriah serta spektakuler. Terbukti, hingga menjelang akhir acara sekitar pukul 23.00 WIB, ribuan warga masyarakat tetap memadari area pertunjukan. (say/yon)