Lowokwaru (malangkota.go.id) – The Sixth International Conference on Sustainable Animal Agriculture for Developing Countries (SAADC) 2017 digelar di ruang auditorium lt.8 Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Brawijaya Malang, Senin (16/10).
Melalui konferensi internasional ini diharapkan bisa semakin membawa peternakan Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa besar di dunia, Senin (16/10).
Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama UB Malang Dr. Ir. Moch. Sasmito Djati, MS mengungkapkan, SAADC adalah langkah nyata UB untuk membawa dunia peternakan di Indonesia agar bisa sejajar dengan negara maju.
“Terima kasih kepada Fapet UB yang rutin menggelar acara bergengsi seperti ini, sehingga dapat menaikan reputasi UB dan Fakultas Peternakan khususnya,” ucapnya.
Ia pun berharap dengan adanya kegiatan ini memudahkan para ilmuwan serta peternak di Indonesia agar bisa berkomunikasi secara langsung dengan para ahli dan juga peternak dari negara-negara lain.
“Kalau selama ini kebanyakan seminar hanya mendatangkan pemateri asing. Kali ini berbeda, SAADC ini juga diikuti oleh peserta asing,” ungkap Sasmito, Senin (16/10).
Sasmito menceritakan jika ilmu peternakan itu sangat unik. Contoh kecilnya adalah Jawa Timur, yang notabene daerahnya relatif kecil, tetapi memegang peranan penting dalam hal distribusi sapi dari jatim ke berbagai wilayah di luar daerah. Dan ini menurutnya ini tentu sesuatu yang menarik untuk dipelajari.
Sementara itu Dekan Fakultas Peternakan UB Prof.Dr.Sc.Agr. Ir. Suyadi, MS mengatakan bahwa banyak hal yang dibahas dalam SAADC untuk kemajuan peternakan. Salah satu diantaranya adalah bagaimana mengangkat sumber daya lokal agar bisa berkiprah di tingkat interasional.
“Tipikal peternakan di Indonesia berbeda dengan negara negara lain yang sudah dijadikan sebagai industri. Ini menjadi kekuatan tersendiri untuk diangkat,” kata Suyadi.
Jika di negara maju peternakan sudah menjadi milik dunia industri, di Indonesia 90 persen peternakan asetnya dimiliki peternak.
“Kegiatan ini sebagai upaya untuk menggali berbagai khasanah kekayaan ilmu lokal, baik untuk meneliti maupun mempublikasikan ke dunia internasional,” imbuhnya.
Ditambahkannya, jika kita bersaing dengan negara-negara maju mengandalkan teknologi yang dibuat oleh negara maju, tentu kita akan kalah. Namun jika kita bersaing dengan negara maju dengan mengandalkan potensi sumber daya lokal, tentu kita akan bisa bersaing.
Adanya kegiatan bertaraf internasional seperti kali ini, Suyadi berharap minat para dosen UB dan juga peternak binaan UB lebih termotivasi dan berdaya saing. Pasalnya interaksi dengan orang-orang baru yang berpengalaman, kemampuan untuk belajar, bersaing dan kemampuan membaca peluang akan semakin terasah. (cah/yon)