Malang (malangkota.go.id) – Ekonomi Kreatif (ekraf) kini menjadi primadona pertumbuhan ekonomi di Indonesia termasuk Kota Malang. Sebagai kota kreatif yang mempunyai potensi luar biasa, termasuk dalam subsektor kriya dan fesyen.
Salah satu pelaku kreatif yang mengangkat keunikan Kota Malang adalah Soak Ngalam. Soak Ngalam merupakan sebuah toko pusat oleh-oleh khas Malangan yang berpusat di Kota Malang. Mereka menjual sejumlah suvenir yang bisa menjadi buah tangan atau oleh-oleh dari Kota Malang.
Owner Soak Ngalam Tjandra Purnama Edhi menceritakan, semula hanya menjual kaos Malangan saja. Tetapi karena animo yang ada, maka sejumlah barang akhirnya dihadirkannya. “Dapat kami sebutkan barang-barang yang kami buat antara lain, kaos dewasa, kaos anak, sweater, jumper, jaket, syal, sarung bantal, tote bag, tatakan gelas, mug keramik, mug kaleng, hiasan dinding, sirup khas Malang, topi santai, gantungan kunci, magnet kulkas, dan lain-lain,” paparnya.
Saat ditanya tentang bagaimana ide awal berdirinya Soak Ngalam, Tjandra mengungkapkan, ide awal sejak zaman kuliah sekitar tahun 1988. Di mana ia melihat banyaknya mahasiswa pendatang dari luar Kota Malang, khususnya mereka yang berasal dari Jakarta dan Jawa Barat. Menurutnya, bahasa yang mereka bawa (logat Jakarta-an) pada saat itu sudah sangat terasa di dalam pergaulan baik di kampus maupun di masyarakat.
“Bahasa khas Malangan (osob kiwalan) semakin terpinggirkan dan jarang dipakai. Ide ini terhenti karena saya lepas kuliah tahun 1992 langsung bekerja di Jakarta. Setelah melanglang buana pindah kerja dan pindah-pindah kota. Tahun 2008, saya mendapat kesempatan dari seorang teman untuk membuat kaos khas Malang untuk di supply di tokonya. Alhamdulillah cukup laris,” ungkapnya.
Pada tahun 2009, ia membuka sendiri outlet kaos khas Malangan dengan brand register ‘Soak Ngalam’ di Jalan Kawi Atas Nomor 24 Malang. Misi pertama Soak Ngalam adalah pelestarian bahasa. Ia mengungkapkan, Malang sebagai kota pendidikan menerima banyak siswa pendatang yang membawa dampak semakin berkurangnya pemakaian bahasa Khas Malang (osob kiwalan/bahasa walikan).
“Bentuk keprihatinan itulah yang kemudian saya tuangkan dalam kaos-kaos yang saya buat. Saya berharap meski Kota Malang sebagai kota pendidikan, akan tetapi akar budaya, khususnya bahasa Khas itu tidak hilang. Mengingat bahwa bahasa merupakan identitas dan pengikat suatu masyarakat maka melalui desain yang kami buat,” tambahnya.
Bahasa walikan (osob kiwalan) yang dihadirkan dengan desain yang menarik dan tentunya up to date di era saat ini. Misi kedua, lanjutnya, memberikan alternatif oleh-oleh khas Malang selain keripik tempe atau keripik buah. Adapun kekhasan Soak Ngalam adalah menggunakan bahasa walikan (bahasa khas Malang) yang di desain ‘unique and different.’
“Pelanggan atau pembelinya darimana saja? 75% berasal dari Jawa Barat atau Jabodetabek, 15% Kalimantan, dan 10% Jawa Timur. Soak Ngalam bisa dibeli langsung di outlet dan melalui marketplace (Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak) serta pembelian melalui Facebook dan Instagram (soakngalam_02) dan FB Soak Ngalam,” terangnya.
Tjandra juga mengungkapkan, sebagai pemasaran ia secara rutin harian mengunggah informasi, foto produk, warta atau story di semua media online baik Facebook dan Instagram, TikTok, serta endorse dan mengikuti sejumlah pameran dan bazar. “Ke depan, Soak Ngalam berkeinginan menjadi ikonnya Malang dalam pariwisata serta pelestarian budaya dan bahasa,” pungkasnya. (eka/ram)