Klojen, (malangkota.go.id) – Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang menggelar lomba olahraga tradisional di Stadion Gajayana, Kota Malang, Sabtu (19/3/2022). Lomba ini sebagai ikhtiar untuk melestarikan budaya asli bangsa Indonesia.
Kepala Disporapar Kota Malang Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M.Si mengungkakan, olahraga tradisional ini sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. Menurutnya, olahraga jadul ini menjadi bagian usaha dari Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menghidupkan lagi olahraga rakyat.
“Selain untuk bernostalgia, kami juga ingin perkenalkan lagi olahraga tradisional. Khususnya anak-anak muda dan organisasi masyarakat untuk mengenal dan mau menghidupkan lagi olahraga tradisional,” jelas Ida.
Dengan dikenalkan lagi dan dihidupkan lagi, dia berharap akan semakin banyak masyarakat yang peduli untuk mengembangkan olahraga tradisional. Jika itu terjadi, tentunya akan bisa dikembangkan lagi kompetisinya.
“Menjadi kewajiban kita sama-sama untuk melestarikan olahraga tradisional. Ketika di semua wilayah di Kota Malang mengembangkan di situ nantinya akan ada kompetisi,” terang Ida.
Jika kompetisi sudah terbentuk, tentu ke depan akan semakin baik bagi pembinaan olahraga tradisional di Kota Malang. Sehingga kapan pun ada event di berbagai daerah di Indonesia, Kota Malang siap mengirimkan atlet-atlet yang dimiliki.
“Pembinaan olahraga tradisional juga bertujuan agar ada prestasi di kancah Jawa Timur maupun di tingkat nasional,” tegas Ida.
Ke depan, kata Ida, bukan hanya olahraga tradisionalnya saja yang dikembangkan, tetapi juga diarahkan kepada konsep pariwisata. Misalnya dengan menjadikan sport tourism sebagai bagian dari kekayaan dan keanekaragaman wisata di Kota Malang.
Sebanyak 154 peserta dari sekitar 30 komunitas dan pelajar di Kota Malang turut mengikuti lima cabang olahraga permainan tradisional ini, yakni Dagongan, Hadang, Egrang, Terompah Panjang, dan Sumpitan.
Momentum lomba yang digelar dua pekan jelang Hari Ulang Tahun ke-108 Kota Malang pada 1 April 2022 juga dirasa cocok sebagai refleksi pentingnya kolaborasi menjaga warisan tradisi di tengah derasnya arus informasi dan globalisasi. (cah/ram)