Malang, (malangkota.go.id) – Makna Hari Kartini bukan sekadar momen perayaan saja, karena juga memiliki makna penting bagi wanita Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, SE., MM saat ditemui di sela-sela aktivitasnya di Kantor BPS Kota Malang, (20/4/2022).
Menurutnya, momen Hari Kartini menegaskan bahwa perempuan berhak mendapat kesetaraan dalam berbagai bidang. Termasuk menjadi seorang pemimpin, sehingga seorang wanita yang memimpin sebuah instansi sekarang bukanlah mimpi lagi.
“Setiap perempuan punya kesempatan yang sama untuk menjadi ujung tombak negara. Karena itu, semua perempuan harus aktif mengambil inisiatif. Harus mau bergerak serta melakukan sesuatu untuk kebaikan. Sehingga tidak menunggu contoh baru bergerak, tapi mulailah satu langkah yang memberikan pencerahan. Dengan begitu, perempuan akan menjadi contoh dan model,” ungkap Erny.
Perempuan yang memiliki hobi bertaman tersebut, melihat bahwa partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan telah menerima perhatian yang signifikan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Kota Malang. Hal tersebut dibuktikan dari meningkatnya keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan dan proses perencanaan pembangunan, seperti pada Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Tematik Perempuan yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
“Bahkan kalau di Kota Malang, saya melihat banyak kepala dinas perempuan yang menduduki instansi yang strategis. Instansi yang tidak hanya sekadar menjadi kepala dinas, tapi harus berperan banyak,” ujar Erny.
Di mana mereka berhasil menciptakan berbagai inovasi serta juga dapat menunjukkan prestasinya, bahwa perempuan bisa menjadi ujung tombak dalam melakukan perubahan, perempuan tidak kalah. Jadi, kata dia, mereka para kepala dinas perempuan itu membanggakan Kota Malang.
“Kalau di BPS sendiri dari 38 Kepala BPS kabupaten/kota, ada 10 kepala BPS yang perempuan yang membanggakan dan memiliki banyak sekali inovasi,” paparnya.
Bagi perempuan yang mempunyai kutipan favorit, “leadership is an action, not a position” dari Donald McGannon ini, pengalaman yang paling berkesan sepanjang karir memimpinnya adalah saat ia mendapat promosi menjadi Kepala BPS pertama, yaitu di awal tahun 2017. Pada saat itu ia diberikan kepercayaan untuk menjadi Kepala BPS Kota Blitar. Dengan tim yang hanya berjumlah 12 orang, ia mulai membangun tim kerja yang tangguh meskipun beban kerja yang dihadapi luar biasa. Dengan kerja keras dan rasa tanggung jawab yang tinggi, akhirnya berbagai capaian dan prestasi pun berhasil diraih.
“Saat itu saya harus agak jauh dengan keluarga. Setiap hari pulang pergi Malang-Blitar dan sebaliknya hampir selama empat tahun lebih. Saya berangkat saat subuh lalu sampai di rumah isya,” sambungnya, mengingat masa perjuangannya.
Namun hal tersebut, dijalankan tanpa mengeluh. Menurutnya, paling berkesan, sebelum meninggalkan Kota Blitar untuk diangkat menjadi Kepala BPS Kota Malang, gedung BPS Kota Blitar sudah terbangun dan berdiri dengan megah. Kolaborasi dengan Pemkot Blitar dan stakeholder lain di sana sudah terjalin dengan sangat baik, serta banyak prestasi yang sudah ditorehkan.
Berbagai inovasi dan kolaborasi terus dia kuatkan dalam mengemban tanggung jawab sebagai Kepala BPS Kota Malang. Menjalankan tanggung jawab dengan baik menjadi salah satu poin penting baginya dalam mengemban tugas-tugasnya. Tidak hanya di kantor, namun juga sebagai seorang ibu dari empat orang anak. Sebagai seorang perempuan dan ibu rumah tangga, keluarga menjadi salah satu pertimbangan utama selama berproses dalam menjalani karirnya dalam mencapai level yang lebih tinggi.
“Alhamdulillah, saya tumbuh dengan kedua orang tua yang bekerja sebagai PNS. Jadi mulai kecil sudah terbiasa ditinggal di rumah bersama asisten rumah tangga. Saya pun memberi pengertian kepada anak-anak di rumah, bahwa seorang ibu bekerja juga demi anak-anak,” ujarnya.
Jadi bakti seorang ibu, tidak bisa dilihat seberapa lama ada di rumah, tapi lebih ke kualitas. Meskipun terkadang ada perasaan bersalah, karena harus berada di tempat lain untuk tugas yang tidak bisa ditinggalkan saat mereka membutuhkan. “Tapi saya terus berusaha menjalankan tanggung jawab sebagai pimpinan di kantor dan sekaligus seorang ibu di rumah,” papar perempuan yang suka dengan warna abu-abu dan hitam tersebut.
Di akhir sesi wawancara, Erny berpesan kepada seluruh perempuan di Indonesia, khususnya warga Kota Malang, bahwa kaum perempuan harus percaya diri dengan kekuatan wanita, serta harus berusaha untuk membuat perubahan nyata yang tidak hanya di bibir saja.
“Dengan saling mendukung dan usaha tekun, wanita akan bisa membuktikan bahwa mereka bukan manusia kelas dua. Tapi juga dapat turut mengubah dunia, tentu saja dengan tidak melupakan kodratnya sebagai wanita. Pemimpin wanita harus produktif dan inspiratif,” pungkasnya. (eka/ram)