Malang, (makangkota.go.id) – Kampoeng Heritage Kajoetangan perlahan mulai bergeliat. Meski tutup selama masa pandemi, tak menyurutkan semangat warga kampung wisata ini untuk berusaha menarik wisatawan masuk menelusuri gang-gangnya yang memiliki banyak daya tarik
Kayutangan memang syarat akan sejarah dan peninggalan zaman Belanda. Kawasan ini merupakan sebuah pusat bisnis di era penjajahan Belanda. Hingga kini pun, kawasan Kayutangan masih tetap difungsikan sebagai kawasan niaga. Beberapa pertokoan masih tampak seperti zaman kolonial, walau ada peremajaan di beberapa titik tetap menjadikannya menjadi sebuah kawasan heritage yang menarik. Demikian juga kampung yang ada di dalamnya, menyimpan warisan budaya yang amat bernilai.
Berjalan-jalan menyusuri setiap lorong dan berinteraksi dengan warga yang ramah tentu tak lengkap jia tidak mencicipi kue khas kampung yang terletak di area Jalan AR Hakim, Jalan Basuki Rahmat, hingga Jalan Semeru Kota Malang ini.
Ontbijtkoek (Ombikuk) namanya, sebuah kue dengan resep jadul Belanda. Ontbijtkoek adalah kue khas negara kincir angin yang kaya rempah di dalamnya. Warnanya coklat, dengan kacang almond atau kenari sebagai topingnya, serta rasa dan aroma dominannya adalah kayu manis. Pas sekali sebagai pendamping minum kopi atau teh.
“Hampir semua warga di sini sudah bisa membuat kue Ontbijtkoek. Kami beberapa kali adakan pelatihan untuk pembuatan kue ini. Untuk sementara memang hanya made by order ya. Karena kalau kue, cake semacam ini kan hanya tahan maksimal tiga hari,” terang Ninik Abdilah, seorang pegiat Pokdarwis Kayutangan.
Tak hanya untuk konsumsi pribadi, sejumlah warga pun telah menerima pesanan kue jadul ini. Di antaranya adalah UMKM Gubuk Lombok, Griya Ngoendjoek Djamoe, dan D’food n Cake. UMKM yang memproduksi Ontbijtkoek sudah terbiasa mendapat pesanan dari pribadi, termasuk juga kantor pemerintahan untuk disuguhkan dalam rapat atau menjadi buah tangan bagi para tamu.
“Selain bisa order secara pribadi ke UMKM-UMKM, kadang ada juga pesanan lewat Pokdarwis. Kalau sudah gitu kami sampaikan di grup, siapa yang akan produksi monggo. Kalau ada pesanan dalam jumlah besar, kami bagi ke beberapa UMKM juga. Untuk harganya kami jual mulai Rp4.000,00 hingga Rp80.000,00 tergantung ukurannya,” lanjutnya.
Tak hanya berbentuk cake. Kue Ontbijtkoek ini juga bisa dikreasikan menjadi kue dengan gaya berbeda. Seperti yang dilakukan Sri Arniati, pemilik UMKM Gubug Lombok, melalui inovasi, kreativitas, dan tangan terampilnya, Ontbijtkoek juga disulap menjadi cookies dan pie. “Kalau cookies ini kan lebih tahan lama, jadi cocok juga untuk oleh-oleh. Kalau pie Ontbijtkoek ini, saya kepikirannya kalau brownis bisa diolah menjadi pie brownis kan. Nah kalau Ontbijtkoek kenapa tidak dibuat pie juga. Ternyata hasilnya enak. Ini pertama kali saya coba,” papar wanita yang akrab disapa Atik ini.
Para warga Kampung Heritage Kayutangan ini berharap geliat wisata di kampungnya ini kembali normal sama seperti sebelum pandemi lalu. “Banyak yang bisa dijelajahi di kampung ini. Apalagi kalau wisatawan berkenan mengajak guide. Akan ada banyak informasi dan pengetahuan yang bisa diperoleh, selain berbagai spot yang apik untuk foto-foto. Bahkan tak kalah menarik dibanding di luar sana (koridor luar), justru banyak yang heritage di dalam gang sini, salah satunya ya Ontbijtkoek ini ,” tutupnya. (ari/ram)