Malang, (malangkota.go.id) – Kawasan Kayutangan telah disulap menjadi sebuah kawasan wisata heritage. Tak kalah dari koridor luar yang banyak terdapat warisan berupa bangunan lawas. Ternyata di koridor dalam Kayutangan, yakni di dalam kampung juga tersimpan banyak “harta karun tersembunyi”.
Galeri Omah Lor di Kampoeng Kajoetangan Heritage
Saat menyusuri gang Kampoeng Kajoetangan Heritage, Anda akan dapat menemukan banyak hal menarik. Bangunan-bangunan lawas dengan arsitektur khas, beraneka kuliner tempo dulu yang wajib dicicip dan masyarakat yang guyub, serta ramah.
Di kawasan ini pun, ada banyak spot unik dan menarik yang sangat apik dijadikan latar ataupun objek untuk didokumentasikan. Kalau kata anak muda zaman sekarang, instagramable.
Salah satu spot menarik yang wajib dikunjungi adalah Galeri Omah Lor yang beralamat di Jalan AR Hakim II . Untuk mengunjungi tempat ini, paling mudah Anda masuk dari gang di samping Depot Es Taloen. Hanya beberapa langkah dari gapura gang, Anda akan langsung disambut oleh aneka barang antik yang tertata rapi di teras rumah, termasuk vespa klasik berwarna kuning yang masih amat bagus.
“Pokoknya yang mengandung unsur lama, saya koleksi. Mulai dari mebel, kamera, alat dapur, lukisan, keramik, sampai alat elektronik. Jumlahnya ratusan ya, tidak pernah ngitung. Mungkin bagi orang lain barang-barang ini biasa saja, tapi bagi saya yang mahal itu prosesnya. Proses mendapatkannya, proses merawatnya. Kalau mahal murah itu relatif, tergantung orang memandangnya,” ujar sang pemilik, Achmad Irham.
Tak sekadar menjadi galeri pameran, di tempat ini pun Anda bisa jual beli barang-barang antik. “Kalau di sini harga jualnya ada mulai sepuluh ribu dan paling mahal itu kamera mulai Rp500 ribu bahkan sampai lima juta ada. Semuanya masih berfungsi,” kata pria berambut gondrong ini.
Galeri ini sendiri sudah buka sekitar tahun 2002. Menurut penuturan Iink, begitulah Achmad Irham akrab dipanggil, galeri ini dibuat karena mengikuti jejak sang ayah. Ayahnya seorang fotografer yang mencintai barang-barang antik. Ternyata, kegemaran sang ayah juga menurun pada dirinya. Tak sekadar koleksi, barang-barang antik miliknya ini pun kerap menjadi properti foto.
“Koleksi kamera banyak di sini, mulai dari yang analog, walau sudah berubah ke digital, kamera lama ini tetap saya simpan. Kebetulan di sini dijadikan sebagai tempat restorasi barang. Kakek saya dulu juga jual buku antik, buku lama. Di sini juga dulu adalah rombengan. Nah dengan adanya Kampoeng Heritage ini, (galeri ini) tentu bisa lah menambah daya tarik. Next, kami akan membuat event Rombengan Talun. Kalau barang antik kan ada penggemarnya sendiri, jadi pasti akan meningkatkan kunjungan juga. Kita ingin membuat apa yang tidak ada di koridor luar, kita buat di sini, sehingga orang-orang yang di luar bisa masuk ke dalam,” ungkap Iink.
Tempat ini tidak hanya menjadi sebuah galeri barang antik, namun pengunjung juga dapat menikmati makanan tradisional. Sembari menikmati musik klasik yang diputar lewat tape jadul atau piringan hitam, Anda bisa melihat ratusan barang antik di galeri milik Iink. Pengunjung pun juga bisa ngopi di galeri ini dan menikmati pecel atau kue leker.
“Makanan minuman tradisional ini tentu akan memperkuat branding kampung ini menjadi kampung heritage, kampung lawas. Jadi kalau orang mencari konsep lawas, mindsetnya langsung ke Kampung Kajoetangan,” tegasnya. (ari/ram)