Kedungkandang (malangkota.go.id) – Salah satu subsektor ekonomi kreatif yang memiliki peluang menjanjikan yakni kriya. Di Kota Malang, salah satunya adalah SKAKMAT Handmade yang merupakan pelaku industri kriya berbahan dasar kulit. Mengedepankan kualitas dan keunikan dengan mengandalkan sentuhan tangan dalam pengerjaan, SKAKMAT Handmade kini semakin bertumbuh.
Usaha milik pasangan suami istri Dwi Suswinarto dan Septa Paradila ini berlokasi di Perumahan New Putri Kartika Asri Blok B1 No. 6 Kelurahan Arjowinangun, Kota Malang. Dwi Suswinarto mengungkapkan bahwa sebelum memulai usaha ini, awalnya ia adalah seniman lukis dan ukir di Bali. Namun, pada tahun 2021 saat pandemi Covid-19 melanda, ia kembali ke Kota Malang dan mulai merintis usaha kulit handmade bersama istrinya.
“Karena tidak bisa kemana-mana saat pendemi, akhirnya tercetuslah usaha membuat karya dari kulit. Bersyukur sejak merintis hingga saat ini peminat produk kami masih terus mengalir,” cerita Dwi saat ditemui di rumahnya, Senin (25/3/2024).
Produk SKAKMAT Handmade antara lain tas, dompet, aksesoris berbahan kulit, ikat pinggang, name tag, hingga gantungan kunci, semuanya dibuat dengan teliti dan tidak kompromi dalam hal kualitas. Meskipun begitu, harga yang ditawarkan masih terjangkau, gantungan kunci mulai harga Rp15 ribu, card holder Rp100 ribu, ikat pinggang Rp200 ribu sampai Rp250 ribu, dompet Rp250 ribu, tas mulai Rp450ribu ribu sampai di atas Rp 1 juta.
Peminatnya pun tidak hanya berasal dari Malang Raya saja, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan mancanegara. Mulai dari wisatawan, kantor swasta, pemerintahan, hingga artis. Hal ini membuktikan bahwa kualitas yang ditawarkan mampu menarik perhatian pasar secara luas.
“Ada yang beli secara online maupun langsung ke sini. Biasanya informasinya dari mulut ke mulut, dari orang yang pernah membeli di sini kemudian diceritakan ke teman atau rekannya,” terang Dwi.
Ditambahkannya bahwa di tempat usahanya ini juga menerima pesanan sesuai permintaan pembeli.” Untuk yang seperti itu harganya juga tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya,” jelasnya lagi
.
Untuk proses pengerjaannya, Dwi menyebutkan prosesnya membutuhkan waktu kurang lebih tiga hari untuk pengerjaan tas, sedangkan dompet dalam sehari dapat diproduksi sebanyak tiga buah.
Menambahkan, Septa Paradila mengungkapkan usaha kulit handmade yang dirintis bersama suaminya ini terjadi secara tidak sengaja. Saat itu sebenarnya usaha yang ditekuni adalah membuat kerupuk dan akan didaftarkan di Dinas Koperasi dan Perindustrian Kota Malang.
“Saat mendaftar usaha krupuk itu, saya memakai tas kulit buatan suami dengan bahan baku kulit dan limbah kayu, saat itulah petugas dari dinas justru menyarankan yang didaftarkan adalah usaha kulitnya saja. Dan sampailah usaha ini menjadi hingga saat ini,” terang Septa.
Dengan mengusung konsep berkualitas dan tidak pasaran, Septa optimis produk kerajinan kulit handmade nya akan berkembang dan mampu bersaing di tengah ketatnya persaingan pasar.
Sementara itu, salah satu pembeli produk SKAKMAT Handmade, Martinus Prasetyo menyampaikan bangga dan senang bisa membeli produk lokal berkualitas ini. Produk asli Kota Malang ini menurutnya dikerjakan secara rapi dan halus serta kulit yang digunakan berkualitas terbaik. (cah/yon)