Malang, (malangkota.go.id) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang merilis perkembangan indeks harga konsumen di Kota Malang untuk bulan Juli 2022. Dalam rilisan resmi tersebut, BPS mencatat angka inflasi di Kota Malang mengalami peningkatan pada bulan Juli 2022 sebesar 0,76%.
Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, SE., MM menyatakan kenaikan angka inflasi ini tidak hanya terjadi di Kota Malang. Namun juga dialami oleh seluruh kota di Jawa Timur. Untuk bulan Juli 2022, inflasi tertinggi terjadi di Kota Sumenep dengan angka inflasi sebesar 1,64%, sementara Probolinggo menempati urutan terendah dengan kenaikan angka inflasi sebesar 0,52%.
Erny menjelaskan, angka inflasi Kota Malang saat ini lebih tinggi dibanding angka inflasi Jawa Timur dan nasional di angka 0,61% dan 0,64%. Hal yang sama juga terjadi pada angka inflasi kalender, yaitu persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) Juli 2022 terhadap angka bulan Desember 2021. Di mana Kota Malang mencatat angka 4,74% sementara Jawa Timur dan nasional mencatat angka 3,95% dan 3,85% untuk angka inflasi kalender. Sementara untuk angka inflasi tahun ke tahun, Kota Malang mencatat angka 5,99%, lebih tinggi dibanding dengan angka inflasi tahun ke tahun Jawa Timur di 5,39% dan nasional di 4,94%.
“Jika dibandingkan dengan angka inflasi dua tahun sebelumnya, memang angka inflasi di bulan Juli ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,11% sedangkan untuk tahun 2020 sebesar 0,06%,” terang Erny dalam Berita Resmi Statistik (BRS), Senin (1/8/2022).
Erny menjelaskan angka inflasi month to month (mtm) dan year to year (yty) Kota Malang untuk Juli 2022, merupakan angka tertinggi ketiga selama 10 tahun terakhir setelah tahun 2013 dan 2016. Ia berharap bahwa inflasi ini bisa berangsur normal dan tidak ada gejolak yang membuat inflasi lebih tinggi dibanding dengan yang diprediksikan pemerintah.
Erny mengungkapkan, jika dilihat dari 11 subkelompok pengeluaran sebagai indikator penghitung inflasi, kelompok pengeluaran penyediaan makanan dan minuman restoran menduduki inflasi tertinggi 2,43% diikuti oleh kelompok pendidikan 2,09%, dan kelompok transportasi 1,14%, dan lain-lain.
“Untuk bahan baku makanan juga kan meningkat, sehingga itu menyebabkan beberapa produk makanan mengalami kenaikan harga. Kalau mereka menggunakan gas subsidi, itu kan juga mengalami kenaikan sehingga itu juga jadi salah satu sebab kenapa komoditas penyedia makanan dan minuman mengalami kenaikan yang cukup signifikan,” tambah Erny.
Sementara di sektor pendidikan, Erny mengungkapkan jika tarif Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi komoditas penyumbang inflasi karena tidak ada kebijakan biaya gratis untuk SMA, dan ada beberapa sekolah yang menaikkan biaya sekolah.
Untuk di komoditas transportasi, kenaikan angka inflasi ini terjadi di sektor transportasi udara. Hal ini terjadi akibat terjadinya kenaikan harga minyak dunia, yang tentunya mempengaruhi harga bahan bakar pesawat udara. Selain itu didukung juga dengan masuknya musim liburan, di mana Kota Malang menjadi salah satu pilihan berwisata, sehingga permintaan akan angkutan udara via Bandara Abdulrachman Saleh malang cukup tinggi.
Komoditas lain yang menyumbang kenaikan inflasi di Kota Malang, di antaranya bawang merah, cabai merah, rokok kretek filter, kue kering berminyak, daging ayam ras, soto, nasi dengan lauk, dan sekolah dasar.
“Untuk bawang merah dan cabe merah ini selalu kami pantau setiap minggunya, karena harganya sering bergerak. Ini mengalami kenaikan karena anomali cuaca sehingga mempengaruhi hasil panen. Sementara untuk rokok kretek mengalami kenaikan inflasi karena naiknya harga cukai,” jelasnya.
Tidak hanya untuk komoditas yang mengalami kenaikan harga inflasi. BPS juga mencatat terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga. Tercatat minyak goreng mengalami penurunan harga yang cukup signifikan -8,2% dengan andil 0,10%. Komoditi lain yang juga mengalami penurunan harga adalah bayam, ikan mujair, pisang, tongkol yang diawetkan, emas perhiasan, anggur, udang basah, nangka muda, dan beras.
Tak hanya terkait inflasi di Kota Malang, dalam BRS kali ini juga disampaikan perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Kota Malang selama bulan Juni 2022. Ia menjelaskan, angka ini merupakan salah satu indikator yang mencerminkan tingkat produktivitas usaha jasa akomodasi.
TPK hotel dengan spesifikasi bintang di Kota Malang pada bulan Juni 2022 mencapai 58,26%, dengan kata lain, dari 100 kamar hotel bintang yang tersedia di Kota Malang rata-rata terdapat 58-59 kamar yang terisi setiap harinya. Akan tetapi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya mengalami penurunan 0,45 poin.
“Karena bulan sebelumnya kan masih Lebaran. Jadi memang kalau dibandingkan dengan bulan Mei yang lebaran kemarin memang kita agak turun karena sebelumnya ada di angka 58,71%,” jelasnya
Walau mengalami penurunan, Erny menjelaskan angka ini tetap terhitung cukup tinggi. Menurutnya hal ini diakibatkan oleh masa libur anak sekolah dan masuknya anak kuliah, sehingga Kota Malang sebagai kota destinasi wisata dan pendidikan mengalami peningkatan penghunian kamar hotel. Jika dibandingkan dengan TPK Jawa Timur, angka TPK Kota Malang lebih tinggi 4,01 poin. Sementara jika dibandingkan dengan TPK nasional, angka TPK di Kota Malang masih lebih tinggi dengan selisih angka 7,98 poin.
Erny juga mengungkapkan bahwa Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) hotel bintang di Kota Malang adalah 1,52 hari. Angka tersebut 0,04 poin jika dibandingkan dengan RLMT bulan Mei yang mencapai 1,48 hari. Angka ini juga masih lebih tinggi 0,06 poin dibandingkan dengan RLMT Jawa Timur yang mencapai 1,46 hari.
“Sementara jika dibandingkan dengan RLMT nasional, Kota Malang memiliki selisih angka 0,09 poin lebih rendah dibandingkan dengan RLMT nasional yang mencapai 1,61 hari,” pungkasnya. (ayu/ram)