Menunjang pendidikan Geodesi yang saat ini berganti nama dengan Geomatika agar semakin maksimal, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang terus meningkatkan fasilitas yang dimiliki. Kali ini ITN memperkenalkan pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dinamai Heksa Kopter, Rabu (11/03).
Kepada guru geografi se-Jawa Timur, Heksa Kopter ini yang dipamerkan dan di uji coba bagaimana kemampuannya dalam menunjang pendidikan Geomatika. Pesawat tanpa awak ini nantinya digunakan untuk survei pemetaan khususnya di bidang Fotogrametri (aerial surveying/teknik pemetaan melalui foto udara_red).
“Selama ini survei pemetaan biasanya dilakukan menggunakan pesawat besar, balon udara, ataupun satelit, namun dengan alat ini kini pemetaan bisa lebih efektif karena pesawat tanpa awak ini bisa dikendalikan secara jarak jauh dengan remote,” ucap Kepala Jurusan Teknik Geodesi ITN, Martinus Edwin Tjahjadi, ST, M.Geom.SC, Ph.D, Rabu (11/03).
Alat rakitannya tersebut menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat badan pesawat dan membawa beban yang berupa kamera ataupun video. Beban yang bisa diangkut mencapai 5 kg. Pesawat tanpa awak seharga Rp. 100 juta ini bisa terbang di ketinggian hingga ratusan meter dan bisa menangkap obyek pemetaan hingga 100 sampai 200 hektar.
“ Alat ini telah dimanfaatkan oleh mahasiswa ITN untuk praktikum pemetaan. Heksa Kopter ini kami rakit dari berbagai komponen yang kami impor dari luar karena di Indonesia belum ada. Seperti mesin motor, sistem navigasi, sistem autopilot (pilot otomatis_red), sistem penyeimbang, sensor dan GPS (Global Positioning System),” ucap Edwin. (cah/yon)