Lowokwaru (malangkota.go.id) – Bangsa Indonesia tertinggal dari negara-negara lain salah satunya adalah karena masih rendahnya budaya literasi (membaca dan menulis). Oleh karena itulah untuk bisa menjadi bangsa yang maju budaya literasi harus lebih ditingkatkan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP saat menjadi keynote speaker dalam Uji Publik RUU Sistem Perbukuan 2017 di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (22/3) mengungkapkan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara di dunia terkait minat baca.
“Kemampuan literasi bangsa Indonesia tertinggal empat tahun dibandingkan negara lain. Jadi kemampuan yang dimiliki anak-anak kelas XII SMA seharusnya sudah dimiliki anak anak kelas VIII SMP,” terang Menteri Muhadjir dalam kegiatan yang digagas oleh Komisi X DPR RI itu, Rabu (22/3).
Ditambahkannya, masalah perbukuan dan literasi sangatlah mendesak, karena hal itu juga memegang peranan penting untuk memajukan bangsa. Ketertinggalan ini harus dikejar dengan RUU Sistem Perbukuan yang disesuaikan dengan kondisi seluruh wilayah Indonesia.
Untuk mendukung hal tersebut, Kemendikbud akan membangun budaya literasi mulai dari wilayah pinggiran dengan melakukan gerakan literasi, membagi buku ke daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T), hingga menggelar wakaf buku.
Rektor UMM Drs. Fauzan, M.Pd dalam kesempatan ini juga menyampaikan apresiasinya dengan digelarnya Uji Publik RUU Sistem Perbukuan 2017 di UMM. Diungkapkannya, UMM selalu mendukung dan senantiasa siap sedia dilibatkan dalam segala hal yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan negara.
Sementara itu Ketua Panitia Kerja (Panja) Rancangan Undang-Undang (RUU) Sistem Perbukuan 2017 Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Ir. HAR Sutan Adil Hendra, MM mengatakan perancangan undang-undang sistem perbukuan dilakukan dengan memperhatikan keragaman masyarakat. Ini dilakukan agar buku yang tersedia memiliki kualitas, baik secara fisik maupun isinya, terjangkau harganya, serta merata pendistribusiannya.
“Kualitas fisik bisa dilihat dari bahan, cetakan, penjilidan dan kerapian, sementara itu untuk isi dilihat dari nilai edukatif, informasi dan hiburan,” jelas Sutan. (cah/yon)