Malang, (malangkota.go.id) – Pada bulan Ramadan 1442 Hijriah ini, stok ketersediaan bahan pokok di Kota Malang hingga sejauh ini masih aman. Secara umum harga bahan pokok stabil, serta pendistribusian dari distributor juga lancar. Hal itu disampaikan Kepala Bidang Perdagangan, Sapto Wibowo, SH., M.Hum saat ditemui di Kantor Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Rabu (22/4/2021).
Sapto menyampaikan pantauan dilakukan setiap hari secara terus-menerus sehingga saat ada kenaikan langsung dicari penyebab dan solusinya. Dari pantauan tersebut, petugas melaporkan setiap hari ke Diskopindag Kota Malang. Ada dua pemantau berbasis sistem informasi. Pertama https://siskaperbapo.com/ yang dipantau oleh Provinsi Jawa Timur dan https://sembakomalang.com/ dipantau oleh Kota Malang.
Kepala Seksi Pengendalian dan Pengawasan Luh Putu Eka Wilantari, SH., M.Hum mengatakan siskaperbapo itu langsung dipantau oleh provinsi. Di sana ada lima pasar. Kemudian sisanya dari lima pasar itu, sekitar 13 pasar dipantau oleh sembakomalang.
“Jadi ada 18 pasar yang menjual bahan pokok dan penting (bapokting) yang selalu dalam pantauan Diskopindag,” jelas Eka.
Untuk harga sementara yang mengalami kenaikan adalah ayam potong. Menurutnya, karena tren menjelang bulan Ramadan atau puasa banyak masyarakat yang melakukan megengan. Setelah itu, nanti mungkin menjelang Hari Raya Idulfitri naik lagi. Namun kenaikannya juga tidak terlalu signifikan dan masyarakat menganggapnya biasa.
Untuk harga telur sudah mulai stabil di kisaran Rp22 ribu hingga Rp23 ribu. Kemudian harga cabe yang dulu mencapai Rp110 ribu dan sekarang sudah ada di kisaran harga Rp40 ribu. “Jadi secara umum harga stabil. Jika nanti terjadi fluktuasi harga yang kenaikannya signifikan terhadap bapokting, Diskopindag akan melaksanakan pasar murah,” sambungnya.
Hal itu dilakukan jika stok masih banyak, kemudian konsumen masih mampu menjangkau dan membeli maka akan ditunda dulu. Contohnya, kata dia, gula pada tahun 2019 harganya mencapai Rp17 ribu hingga Rp18 ribu. Itu segera dilakukan pasar murah karena harga eceran tertinggi Rp12 ribu.
“Yang kami khawatirkan, kalau kami melakukan pasar murah, sementara di pasar naiknya tidak signifikan nanti konsumen tidak berminat,” tambah Eka.
Pihaknya mengaku siap apabila harus mengadakan pasar murah karena ada koordinasi dengan Bulog, pabrik gula, peternak ayam dan telur, petani bawang merah, serta bawang putih. Sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan mereka siap menyuplai dengan harga di bawah harga pasar.
Untuk antisipasi, lanjut dia, ketersediaan dan harga bapokting dengan selalu memantau setiap hari, bahkan petugas pemantau bekerja di hari Sabtu dan Minggu. “Kami tidak hanya sekadar memantau, oh harganya naik. Namun kami akan mencari penyebab dan solusinya. Hingga saat ini harga kebutuhan pokok masih berada di bawah harga eceran tertinggi,” tutup Eka. (eka/ram)