Klojen, (malangkota.go.id) – Kota Malang telah memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas untuk SD dan SMP mulai Senin, 19 April 2021 yang lalu. Kegiatan ini sesuai dengan Surat Edaran Wali Kota Malang Nomor 15 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di Masa Pandemi Covid-19.
Di sela-sela peringatan Hari Bumi pada tanggal 22 April 2021, Wakil Wali Kota, Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko, yang hadir untuk memberikan pohon pule dan menanam pohon di SMP Katolik Santa Maria 1 Malang ini menyampaikan potensi Kota Malang ada di segi pendidikan.
“Ketika pendidikan telah mulai dijalankan maka anak-anak dan mahasiswa mulai belajar kembali, serta para masyarakat yang mempunyai usaha kos dan menjual makanan bisa berjalan kembali maka dari itu perekonomian dapat berjalan kembali ketika semua telah memulai kegiatannya. Hal inilah yang akan mendukung pemulihan ekonomi masyarakat,” terangnya.
Pada awal PTM terbatas ini, pihak sekolah menekankan untuk pemulihan kondisi psikososial anak-anak. Jadi di hari pertama dan kedua kemarin, dilakukan penguatan mental spiritual dengan ibadat dan pendampingan oleh psikolog. Hal ini dilakukan pihak sekolah untuk menumbuhkan kembali kondisi psikologis peserta didik yang sudah satu tahun lebih tidak belajar di sekolah, terutama untuk peserta didik kelas VII yang sama sekali belum pernah masuk sekolah sejak awal tahun ajaran.
“Mereka masih canggung karena belum pernah masuk kelas, bertemu dengan teman dan para guru. Walaupun setiap hari sudah bertemu secara daring, tentu ini berbeda,” ujar Kepala SMP Katolik Santa Maria I Malang, Sr. M. Fortunata, SPM., M.Hum.
Yang kelas VII ini juga masih merasa masih jadi anak SD, karena mereka belum pernah merasakan dirinya sebagai siswa SMP. Makanya kondisi-kondisi inilah yang harus diperbaiki lebih dulu. “Saya juga berpesan pada para guru untuk memberi materi-materi yang esensial, sehingga waktu dua jam di sekolah bisa dimanfaatkan dengan baik,” imbuh Sr. M. Fortunata, SPM., M.Hum.
Terkait mekanisme PTM terbatas ini, SMP Katolik Santa Maria 1 membagi siswa yang masuk sesuai kelas bergantian setiap harinya. Untuk peserta didik yang mengikuti PTM terbatas secara efektif adalah kelas VII dan VIII. Sr. Fortunata menjelaskan bahwa untuk hari Senin dan Rabu peserta didik kelas VII yang masuk sekolah, sedangkan untuk kelas VIII masuk setiap hari Selasa dan Kamis.
Selain itu, pembelajaran daring juga tetap dilaksanakan. Terutama bagi para peserta didik yang memilih untuk tetap belajar dari rumah. Pada hari Jumat, pembelajaran total dilakukan secara daring untuk semua kelas. Rencananya, di setiap Sabtu para guru akan melakukan evaluasi pembelajaran.
“Untuk peserta didik kelas IX yang masuk hanya mereka yang belum menyelesaikan tugas-tugasnya selama pembelajaran daring yang lalu,” sambungnya.
Sebagai upaya mencegah penularan Covid-19, pihak sekolah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dengan pengukuran suhu, mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Warga sekolah juga sesering mungkin diingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan memberi imbauan melalui speaker yang ada di sekolah.
Terkait sarana pendukung, pihak sekolah telah mengupayakan dengan baik seperti penyediaan tempat cuci tangan dan memberi pembatas di setiap meja. Juga disediakan dua pintu gerbang untuk keluar masuk siswa agar tidak menimbulkan kerumunan saat jam masuk dan pulang sekolah.
“Dari 211 peserta didik kelas VII dan VIII, ada 22 yang orang tuanya belum mengizinkan. Ini dikarenakan berbagai alasan, seperti anak yang mempunyai penyakit bawaan, orang tua yang masih khawatir karena pandemi belum berakhir. Ada juga orang tua yang belum memahami 100 persen terkait metode PTM ini,” terang Sr. Fortunata.
Sementara itu, Gracecia Galuh, salah satu peserta didik kelas VIII mengaku lebih senang belajar secara tatap muka dibandingkan secara daring. “Lebih senang belajar di sekolah, bisa langsung bertemu dengan teman-teman dan guru,” ungkap Gracecia Galuh.
Senada dengan Galuh, Simon Petrus, S.Ag pengajar Agama Katolik juga menyampaikan bahwa antusias melaksanakan pembelajaran tatap muka. Karena bisa lebih jelas dalam menyampaikan materi dan intens dalam membentuk karakter peserta didik.
Sebelumnya, pihak sekolah telah meminta para wali peserta didik untuk mengisi angket terkait kesediaan mengikuti kegiatan PTM terbatas di sekolah. “Kalau dari perspektif guru tentu lebih suka pembelajaran secara tatap muka. Namun, protokol kesehatan harus benar-benar ditekankan dan terus dikawal,” ujar Galuh Triatmojo, S.Pd, Guru Pendidikan Jasmani. (ari/ram)