Lowokwaru (malangkota.go.id) – Dalam rangka mengendalikan penjualan masker dan hand sanitizer di wilayah Kota Malang, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menggelar rapat koordinasi terkait alat kesehatan (Alkes) dengan pengelola apotek, toko alkes, rumah sakit dan kepala puskesmas di Aula Melati Dinas Kesehatan Kota Malang, Kamis (05/02/2020).
Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji yang hadir didampingi Wakil Wali Kota Malang Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko dan Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Sri Winarni memberikan pengarahan pada rakor ini.
Sutiaji menekankan agar pengelola apotek berperan serta aktif dalam menjaga kestabilan harga terutama masker serta tidak menimbunnya agar ketersediaan masker di Kota Malang tetap stabil, khususnya di saat darurat karena merebaknya kasus virus Corona kali ini. “Saya juga berharap agar pengelola apotek juga turut menjelaskan siapa yang wajib menggunakan masker kepada konsumen agar konsumen jelas dalam penggunaan masker,” tegasnya.
Wali Kota Malang mengatakan bahwa memang dari 70 apotek hanya ada lima yang tersedia dan itupun jumlahnya terbatas serta dipakai untuk kalangan sendiri. “Ketersediaan masker cukup minim, dan mungkin hanya di beberapa Puskesmas yang masih ada, serta kebutuhan masyakat memang tinggi saat ini,” ujarnya.
Meski stok masih ada, namun harganya masih tinggi, sehingga Sutiaji menekankan bagi para pihak hendaknya jangan bermain misalnya dengan melakukan penimbunan serta terkait ketersedian stok hingga harga. Hal ini juga berlaku bagi penyedia alat kesehatan, karena jika terbukti akan mendapat sanksi.
Apabila sampai ada temuan pelanggaran, Sutiaji mengatakan maka yang bersangkutan akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Demikian pula bagi perorangan, yang mungkin membeli dalam jumlah besar dan dijual dengan harga tinggi secara langsung maupun daring, serta bahkan di jual ke luar negeri.
Wali Kota Malang juga mengungkapkan memang pihaknya pernah mendapat permintaan dan curhatan dari pekerja di luar negeri agar mengirimkan masker. “Ini akan jadi pengungkit dan menjadi pekerjaan rumah bersama. Kelangkaan ini memang berawal dari kendala-kendala nasional terkait pengadaan dan bahan bakunya sebagian besar dari Cina. Selain itu, karena pola kepanikan masyarakat dan hal ini harus ditangani bersama,” paparnya.
“Jangankan masker, harga telur dan sejumlah kebutuhan pokok di pasar merangkak naik yang disebabkan kebutuhan masyarakat akan masker ini sangat tinggi, sehingga berpengaruh terhadap sektor lain. Kami imbau masyarakat agar tidak terlalu panik dan jangan menelan informasi secara mentah-mentah, karena kebenarannya belum tentu seperti yang disampaikan,” pesan Sutiaji.
Jika di daerah lain mulai membagi-bagikan masker secara gratis, imbuh dia, di Kota Malang justru tidak, agar tidak menambah kepanikan masyarakat. Tentu hal ini akan menimbulkan efek lain, yaitu seolah-olah wabah ini sangat mengkhawatirkan. “Sebenarnya untuk kebutuhan di Kota Malang saja untuk stok masker ini masih cukup, dengan catatan tidak ada pihak-pihak yang bermain atau nakal,” pungkas Sutiaji. (say/hms/yon)