Blimbing (malangkota.go.id) – Malang Raya menjadi daerah keempat di Indonesia yang akan menjalankan program wisata medis atau medical tourism. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno mengukuhkan Malang Health Tourism Board 2023-2028 di Hotel Grand Mercure Kota Malang, Minggu (16/4/2023).
Dalam sambutannya, Menteri Sandiaga menyampaikan bahwa berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2021, Indonesia merupakan kontributor terbesar untuk kunjungan medis ke luar negeri dengan total biaya mencapai Rp161 triliun. Berkaca dari fakta tersebut, Pemerintah telah menetapkan Wisata Kesehatan Indonesia sebagai program strategis nasional.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mendorong dan mengapresiasi terbentuknya sebuah entitas atau badan pengelola wisata medis di beberapa daerah yang berperan mengembangkan dan mempromosikan potensi wisata medis daerahnya. Menteri Sandiaga menegaskan bahwa pengembangan wisata kesehatan di Indonesia harus mengedepankan prinsip inovasi, kolaborasi, dan adaptasi.
“Kita arahkan ini menjadi sebuah ekosistem pariwisata dan kesehatan yang menyatu dalam Malang Health Tourism untuk menahan laju peningkatan dari jumlah kebocoran orang-orang Indonesia yang mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Menteri Sandiaga yang kerap disapa Mas Menteri itu menyampaikan bahwa Malang Health Tourism bertujuan mewujudkan Malang Raya sebagai destinasi mendapatkan layanan kesehatan sehingga membuka peluang usaha dan lapangan pekerjaan di industri kesehatan. Ditambahkannya, kita harus siap secara totalitas meningkatkan segala aspek termasuk juga lapangan kerjanya.
Menteri Sandiaga menyebutkan langkah ini menjadi salah satu upaya mewujudkan target terwujudnya 4,4 juta lapangan kerja di tahun 2024 mendatang. “Mudah-mudahan ini menjadi awal dari inisiasi kebangkitan pariwisata dan industri kesehatan di Malang Raya dan Indonesia,” harapnya.
Menteri Sandiaga mengungkapkan bahwa Jawa Timur menjadi wilayah yang memiliki andil cukup besar mengalirnya biaya kesehatan ke luar negeri. Oleh karenanya, ia mendorong fasilitas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan pelayanan prima.
“Jawa Timur ini sebagai penyumbang nomor dua dari Rp161 triliun yang dihabiskan oleh warga Indonesia untuk mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri. Kita harapkan Malang Health Tourism ini bisa memfokuskan ke wisatawan Nusantara dulu. Setelah itu baru kita kembangkan keahlian-keahlian khusus di bidang jantung, urologi, dan sebagainya sehingga bisa menarik orang luar negeri untuk mendapat layanan kesehatan di Malang Raya,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Drs. H. Sutiaji yang juga hadir menyebut bahwa pihaknya mendukung sepenuhnya Malang Health Tourism. Terlebih Kota Malang memiliki potensi untuk menjalankan program tersebut.
“Mudah-mudahan dengan adanya Malang Health Tourism semuanya gayung bersambut dan menjadi sesuatu bagi kita semua. Bahwa kesadaran akan kesehatan masayarakat akan semakin tinggi. Berangkat ke rumah sakit bukan hanya berobat, tapi tujuannya untuk meningkatkan kesehatan. Insyaallah Bumi Arema yang kita cintai pasti bisa. Boleh terlambat kita berdiri, tapi wajib hukumnya Malang terdepan dalam segala hal,” yakinnya.
Dukungan dari berbagi pihak diungkapkan Ketua Umum Malang Health Tourism, Ardantya Syahreza. Selain dari pemerintah daerah, dukungan juga dari para dokter, rumah sakit, institusi pendidikan, hingga pelaku pariwisata. Kolaborasi ini menurutnya sangat dibutuhkan dalam menyukseskan Malang Health Tourism.
“Melalui kepengurusan Malang Health Tourism ini kita bisa fokus mengundang para dokter untuk aktif memberikan input kepada rumah sakit tentang apa saja layanan dan teknologi apa saja yang akan bisa lakukan di Malang ini, sehingga kompetitif dibandingkan tempat lain,” bebernya.
Hingga saat ini sudah ada enam rumah sakit yang berkolaborasi, yakni RS Muhammadiyah Malang, RS Lavalette, RS Hermina Tangkuban Perahu, RS Persada, RS Panti Nirmala, dan RS Panti Waluya (RKZ). Masing-maisng rumah sakit ini telah memiliki program pelayanan kesehatan unggulan yang ditawarkan kepada masyarakat.
Sebelumnya Health Tourism telah terbentuk di tiga wilayah lainnya yakni di Provinsi Sumatera Utara dengan nama Medan Medical Tourism Board (MMTB), di Provinsi Bali bernama Bali Medical Tourism Association (BMTA), di Provinsi Sulawesi Utara bernama North Sulawesi Health Tourism (NSHT). (ari/yon)