Berita

Bunulrejo Anndalkan Jus Markisa

Minimnya tanah lapang yang dimiliki tidak mengurangi kreativitas warga RW 13 Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing untuk berkreasi. Berbagai produk unggulan dari barang bekas hingga pertanian organik memanfaatkan sisa tanah yang ada bisa dihasilkan, Senin (3/12).

Juri Kampung Bersinar disuguhi jus markisa
Juri Kampung Bersinar disuguhi jus markisa

Bagusnya karya warga Bunulrejo membuat juri Kampung Bersinar yang datang dibuat terkesima. Sebab warga tidak hanya bisa mengatur kampungnya menjadi bersih dan nyaman, namun juga bisa membuat berbagai produk yang memiliki nilai jual tinggi.

Ketua rombongan juri Kampung Bersinar, Eko Fajar Arbandi mengungkapkan senang dengan perkembangan Kelurahan Bunulrejo yang pesat namun tetap memedulikan lingkungan. Melihat warga dalam menata lingkungan semuanya nyaris sempurna.

“Kelurahan ini memiliki jus markisa yang rasanya luar biasa, jika bisa dikemas dengan baik, produk ini bisa menjadi andalan,” jelas Eko, Senin (3/12).

Melihat kepintaran warga dalam mengatur kampungnya, Eko menyebutkan, kampung ini memiliki peluang juara Kampung Bersinar. Di Kota Malang saat ini sudah ada 100 RW yang dinilai dan banyak sekali yang kompetitif.

“Tanggal 13 Desember nanti, tim juri akan melakukan evaluasi. Setelah itu akan kami putuskan RW mana yang menjadi juara. Tanggal pastinya berapa akan kami umumkan menyusul,” tegas Eko.

Melihat penghijauan dilakukan, pengelolaan tanaman obat keluarga yang ditanam, serta pemanfaatan pekarangan. RW 13 di Kelurahan Bunulrejo bisa dikembangkan menjadi Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

Aktivis RW 13 Kelurahan Bunulrejo, Eko Suhartono mengugkapkan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan terus dikembangkan di kampungnya. Kepintaran warga mengolah sampah, membuat kampung ini sampai kesulitan mencari sampah untuk diolah menjadi pupuk kompos, pupuk cair hingga urea organik.

“Karena kehabisan bahan baku sampah, kami sering mencarinya sampai ke Pasar Gadang. Ini kami lakukan sebab pesanan pupuk semakin banyak namun produknya selalu habis,” ujar Eko.

Eko menyebutkan meski pesanan pupuk banyak, baru sedikit yang bisa dilayani sebab selama ini pembuatan masih menggunakan sistem manual. Ke depan pihaknya berharap bisa terbantu teknologi untuk bisa melayani permintaan pupuk dalam skala besar.

Sama dengan permintaan pupuk, permintaan jus dan sirup markisa juga sangat besar. Tetapi sayang karena markisanya yang masih sedikit permintaan itu masih belum bisa terpenuhi.

“Kebanyakan tanaman markisa kami masih kecil-kecil, saat ini terus kami biakkan agar bisa memenuhi permintaan yang kian banyak,” tegas Eko. (cah/dmb)

You may also like

Skip to content