Hari Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Batik merupakan hak cipta bangsa Indonesia yang membanggakan dan harus dijaga serta sudah diakui sebagai warisan pusaka dunia. Saat ini pun telah berdiri Paguyuban Batik Jawa Timur. Motif batik Jatim tidak berpatok pada suatu pakem, apalagi batik Madura yang biasanya mempunyai garis tegas warna merah.
Batik adalah warisan budaya nenek moyang yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan. Even pameran batik harus terus dilakukan dan bergantian di setiap daerah sehingga juga menjadi ajang promosi para pengerajin batik. Biasanya yang menjadi kendala para pengusaha batik ini selain anggaran adalah promosi. Dengan sering diadakan even pameran batik maka akan semakin menggenjot pemasaran batik.
Beberapa hal itulah yang disampaikan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Dudi Herawadi di sela-sela acara dialog, peragaan busana, dan gelar produk batik dengan tema Sinergitas Penguatan Produk Batik Jatim Kawasan Tengah Selatan (Katesa) Sebagai Komoditi Budaya dan Produk Unggulan Daerah di Hotel Atria Malang, Kamis (18/12).
Gelaran ini diikuti pengerajin batik se-wilayah kerja BI Malang yaitu Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Probolinggo, dan Kota Probolinggo. Pada acara ini Kepala Kantor Perwakilan BI Malang memberikan bantuan peralatan kepada masing-masing pengerajin batik sebesar Rp. 10 juta.
“Dengan bantuan ini, kami harap para pengerajin batik bisa lebih maju dan berkembang lagi. Ibarat suntikan vitamin, apabila vitaminnya bagus maka juga akan menghasilkan produk yang baik pula. Begitu juga dengan bantuan ini, akan kami terus galakkan sehingga batik mampu bersaing di pasar internasional nantinya,” harap Dudi.
Sementara itu, Bupati Malang, Drs. H. Rendra Kresna, BcKU, SH, MM, MPM mengatakan jika batik tidak hanya hasil budaya tapi juga menjadi mata pencaharian masyarakat. Dari sejarahnya, batik berawal dari keraton-keraton dan yang membatik adalah putri-putri keraton dan hanya dari kalangan bangsawan saja. “Batik sekarang bisa dibuat di setiap daerah. Misalnya batik Madura bisa dibuat oleh orang Jawa,” urainya.
Menurut politisi partai Golkar itu batik sulit dikenali, dan sekarang bisa dibilang tidak ada istilah batik daerah tapi lebih pada sebutan batik Indonesia. “Kami akan terus mencari peluang agar batik dapat berkembang. Batik tidak harus diseriusi, bisa sambil beraktivitas lain saat membuatnya. Untuk pemasaran sangat bervariasi, seperti pameran hari ini,” jelasnya.
Terpisah, Sekretaris Daerah Kota Malang, Ir. Cipto Wiyono, M.Si yang saat itu mewakili Wali Kota Malang karena berhalangan hadir menyampaikan jika batik di Malang berkembang pesat. Selanjutnya, UKM (Usaha Kecil Menengah) yang ada di Kota Malang khususnya batik, menurutnya akan disinergikan ke berbagai program yang ada di BI Malang. “Kami masih belum tahu dengan jelas program-program ekonominya, tapi ke depan komunikasi akan terus kami intensifkan,” imbuhnya
Diakhir acara para model cantik memeragakan busana batik yang sangat eksotis. Sedangkan dalam sesi dialog, hadir narasumber dari Kepala Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Provinsi Jatim Drs. Ahmad Basuki, M.Si, Seftiyani Ken Atik (Akademisi Batik),Dwi Cahyono (Budayawan Malang), dan Sendy Yusuf (Ketua Yayasan Batik Jawa Barat). (say/yon)