Klojen, MC – Malam Penganugerahan Festival Film Malang (FFM) 2016 yang digelar di depan Alun-alun Tugu Kota Malang dihadiri oleh Wali Kota Malang H. Moch. Anton, Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, Ketua TP PKK Kota Malang Hj. Dewi Farida Suryani, serta beberapa Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Malang, Rabu (30/3).
Acara diawali dengan pentas tari yang diperagakan oleh Malang Creative Fusion (MCF) Dance dilanjutkan dengan pemutaran film pendek berjudul ‘Malang Hari Ini’ serta suguhan musik oleh musisi asal Malang.
Dalam sambutannya, Wali Kota Malang yang kerap disapa Abah Anton itu mengaku sangat bangga dengan kebangkitan anak muda Kota Malang yang kreatif serta mempunyai banyak inovasi. “FFM menunjukkan bahwa kreativitas Arek Malang pantas diunggulkan,” ujarnya.
Dihadapan para sineas dan masyarakat, Abah Anton juga menegaskan jika era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini harus diimbangi dengan membangkitkan ekonomi kreatif, karena hal itulah nanti yang akan mampu mengerek roda perekonomian. “Saya yakin Kota Malang bisa menghadapi MEA dengan ekonomi kreatifnya,” imbuhnya.
Ketua Bekraf, Triawan Munaf juga menyanjung komunitas film Malang yang sudah berhasil membuat festival untuk pertama kalinya. “Film merupakan subsektor terpenting dalam ekonomi kreatif, karenanya kelemahan dalam ekosistem perfilman telah kita atasi dengan mengubah peraturan perundang-undangan,” jelasnya.
Bahkan Triawan berharap festival film di Malang bisa merambah dunia internasional dengan menggelar Festival Film Internasional Malang. “Malang ini sudah masuk peta internasional dalam ekonomi kreatif,” sambungnya.
Sementara itu, Presiden FFM Vicky Arif, mengungkapkan festival film ini merupakan hasil kolaborasi antara MCF dan sineas muda di Kota Malang. “Ini merupakan festival film pertama di Kota Malang yang cukup bagus,” ungkapnya.
Ia menjabarkan, sejak dibuka pada tanggal 15 Februari lalu, sekitar 217 film karya anak muda mendaftarkan diri di FFM. “FFM hadir dengan apreasiasi cukup luas. Kita usahakan festival ini bisa dinikmati seluruh warga,” tegasnya.
Selama ini publik hanya dicekoki sinetron dan fil yang terlalu vulgar sehingga tidak memiliki nilai edukasi. “Kami ingin buktikan bahwa film bukan saja tontonan, namun juga tuntunan,” beber Vicky. (say/yon)