Klojen (malangkota.go.id) – Pertumbuhan seni kuda lumping di Kota Malang cukup baik, tercatat pada tahun 2014 lalu ada sekitar 15 sanggar, dan saat ini jumlahnya bertambah menjadi kurang lebih 30 sanggar.
Sebagai langkah pelestarian, apresiasi, serta adanya dorongan dari para pelaku seni budaya kuda lumping tersebut, Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang menggelar Festival Kuda Lumping Kota Malang 2017 di Jl. Simpang Balapan, Minggu (24/9) yang diikuti sekitar 30 peserta.
Wali Kota Malang H. Moch. Anton, yang secara resmi membuka festival menyampaikan bahwa meskipun seni kuda lumping ini bukan seni budaya asli Kota Malang, namun harus terus dilestarikan. “Saya turut bangga, karena dari para seniman ini juga banyak dari kalangan anak muda, dan bahkan anak-anak sebagai regenerasi di masa mendatang,” ungkapnya.
Dari festival ini, lanjut pria yang akrab disapa Abah Anton itu, sangat besar potensinya untuk menarik wisatawan yang berkunjung ke Kota Pendidikan ini. Setidaknya setiap tahun ada peningkatan 10 hingga 20 persen wisatawan yang datang ke Kota Malang, terutama wisatawan mancanegara. “Berbagai seni budaya tradisional, ke depan juga harus terus digelar untuk merealisasikan itu semua,” imbuhnya.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M.Si. Menurutnya, karena pertumbuhan sanggar dan seniman kuda lumping ini sangat baik, maka pihak Disbudpar akan merancang seni kuda lumping versi Kota Malang. “Seni budaya kuda lumping memang bukan asli Kota Malang, tapi tidak ada salahnya jika Kota Malang memiliki ikon baru,” ucapnya.
Berbagai daerah, kata Ida, memang sudah memiliki seni budaya yang menjadi ikon. Oleh sebab itu, Kota Malang pun harus demikian, sehingga juga akan menjadi daya tarik wisata. “Nantinya program ini akan dibahas lebih lanjut dengan para pihak terkait, khususnya para seniman kuda lumping, seperti apa konsep kuda lumping versi Kota Malang,” jelasnya.
“Dari 30 sanggar yang ada dan menjadi menjadi peserta festival kali ini, memang tidak murni mewakili kelurahan yang ada di Kota Malang, meski beberapa kelurahan memberikan perhatian khusus. Ke depan, kita ingin dan diharapkan 57 kelurahan di Kota Malang minimal mempunyai satu grup binaan seni budaya kuda lumping ini, sehingga akan turut melestarikan seni budaya leluhur ini,” pungkas Ida. (say/yon)