Klojen (malangkota.go.id) – Kota Pariwisata telah disematkan untuk Kota Malang. Namun itu tak bermakna apabila tidak diikuti oleh rasa memiliki dan keterlibatan aktif warganya. Hal itulah yang disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M.Si disela sela acara pengukuhan Kelompok Sadar Wisata Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen Kota Malang, Kamis (12/12/2018).
Data dari Disbudpar, masih 11 Pokdarwis yang ada di Kota Malang. Secara kuantitatif dari 57 kelurahan yang ada di Kota Malang, maka masih sepuluh persen dan ini masih sedikit untuk sebuah kota yang menasbihkan sebagai Kota Pariwisata sebagaimana termaktub dalam Tri Bina Cita Kota Malang (Kota Pelajar/Pendidikan, Kota Pariwisata, dan Kota Industri).
Menyikapi hal tersebut, Dayu, demikian Kadisbudpar Kota Malang itu akrab disapa, menuturkan langkah pendampingan dan edukasi terus dilakukan di tingkat kelurahan.
“Ada dua hal yang kita tekankan, yakni bagaimana mendorong dan memotivasi masyarakat agar menjadi tuan rumah yang baik dalam mendukung kegiatan kepariwisataan serta mendorong dan memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan daya tarik wisata,” imbuhnya.
Sementara itu Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji menilai dan mengakui bahwa masyarakat Kota Malang belum kuat etos wisatanya. “Masyarakat kita belum seperti Bali maupun Yogyakarta. Darah wisatanya belum sekental dua daerah tersebut. Tapi bukan berarti kita (Kota Malang) nggak bisa. Saya yakin dan saya percaya bisa,” yakin Wali Kota Malang.
Secara khusus Sutiaji telah mendorong Disbudpar untuk memperbanyak dan memperkuat Pokdarwis. “Masak nggak sampai 50 persen. Padahal Kota Malang makin akrab dan mungkin juga pelopor lahirnya kampung-kampung wisata tematik. Maka kehadiran Pokdarwis yang memang basisnya kelurahan menjadi teramat strategis,” tuturnya.
Hal lain yang menurut Wali Kota Malang penting dilakukan untuk makin mengentalkan darah wisata Kota Malang adalah penyusunan agenda wisata secara permanen, pengkayaan hotel-hotel dengan budaya lokalistik serta pernak-pernik wisata khas Malang, penguatan pemandu wisata dan penguatan ciri khas wisata Kota Malang yang akan ditekankan adalah wisata heritage.
“Strategi lainnya adalah sinergi wisata Malang Raya, karena Bali dan Yogya itu juga karakteristiknya satu kesatuan,” tegas pria berkacamata itu.
Mengacu data kunjungan, prospek wisata Kota Malang sangat potensial. Pada ajang Indonesia Atractive Index (IAI) tahun 2017, wisata Kota Malang masuk dan mendapat penghargaan kota potensial wisata dengan ditopang kehadiran kampung tematik.
Sementara potret kunjungan wisata tergambar pada pahun 2014, wisatawan mancanegara sebanyak 6.025 dan wisatawan nusantara 2.400.093. Untuk tahun 2015, 8.754 wisman, 3.376.722 wisman domestik. Tahun 2016 jumlah wisman 9.535 dan domestik 3.987.074 sedangkan tahun 2017 ada 12.456 wisman dan 4.334.947 wisatawan dalam negeri. Di tahun 2018 ini, wisman mencapai 15.034 dan domestik 4.885.032.
Diperkirakan seperti tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan ke Kota Malang mengalami puncaknya di bulan Desember jelang liburan Natal dan pergantian akhir tahun.
Data kunjungan wisatawan mancanegara ke Kota Malang tahun 2017, sebagai contoh, berdasar data dari BPS tercatat bulan September 1.066 wisman, Oktober 1.153 wisman, November 1.245 wisman, dan makin meningkat di bulan Desember sebanyak 1.392 wisman. Tahun 2018 estimasinya meningkat, karena ditopang oleh difungsikannya jalan tol Malang-Pandaan secara fungsional. Kendala yang teranalisa hanya pada faktor cuaca. (say/yon)