Berita

Tuladha Ajak Cintai dan Lestarikan Seni Budaya Wayang

Kedungkandang (malangkota.go.id) – Seiring perkembangan zaman dan teknologi, saat ini jumlah peminat kerajinan wayang di Kota Malang pun semakin sedikit. Salah satu pengrajin dari Kota Malang yakni Ratna Ary Sandy yang rumah usahanya bernama Tuladha (berasal dari bahasa Jawa yang artinya contoh).

Ratna Ary Sandy saat menunjukkan kerajinan wayang hasil karyanya

Rumah usaha Tuladha yang beralamat di Jl Kemayoran 1 AB 31A Villa Gunung Buring ini mampu membuat banyak orang takjub, karena di usia yang masih muda mampu membuat kerajinan wayang yang berkualitas. Berkat karya bagusnya, pesanan pun banyak mengalir tak hanya dari wilayah Malang Raya saja namun juga dari sentra produksi wayang dari luar Jawa Timur.

Ratna mengungkapkan sebelum menekuni usaha kerajinan wayang kulit dan suvenir, ia sudah memiliki usaha aksesoris dari tembaga dan rajut. Setelah sekian lama berproses bersama dengan suami, ia ternyata memiliki kesamaan cinta terhadap wayang. “Dari kecintaan yang sama itulah bersama suami saya akhirnya memutuskan membuat aksesoris dan kerajinan wayang kulit,” jelas Ratna Kiener, nama beken Ratna Ari Sandy, Kamis (8/10/2020).

Bersama suami mengolah kulit hingga berbentuk wayang, Ratna lebih bertugas memberi warna dan menyelesaikan pembuatan wayang. Setelah tiga tahun berjalan, ternyata kini semakin banyak diminati pelanggan.

“Di Kota Malang sendiri masih banyak yang belum tahu kerajinan wayang yang kami buat. Justru di Jawa Tengah, Salatiga, Boyolali, Solo dan Semarang kami sudah memiliki banyak pelanggan setia,” ujar Ratna.

Dari kenyataan itu, Ratna mengaku saat ini semakin sering menggelar pameran di Kota Malang mulai dari Balai Kota Malang, Gedung Kartini, hingga terakhir di Hotel Atria. Selain melalui cara konvensional, dirinya juga memasarkan melalui media online.

Melalui jalan ini selain ingin produknya lebih dikenal masyarakat, istri dari Ayusta Kurniawan Sarwidyahanto tersebut juga ingin semakin mengenalkan budaya wayang kulit kepada semua pihak khususnya generasi muda. “Jangan sampai anak-anak kita hanya mengenal K-Pop saja. Melalui Tuladha kami ingin mengajak masyarakat menguri uri budaya wayang yang sangat luar biasa,” ucap Ratna.

Dengan ditanamkan kecintaan terhadap wayang, jangan sampai nanti suatu saat kesenian wayang kulit diklaim negara lain dan pemilik budayanya sendiri tinggal penyesalan. Diungkapkannya, selain senang mendapatkan penghasilan dari membuat kerajinan wayang, ada kebahagiaan lebih saat bisa berbagi pengetahuan tentang wayang.

Terkait produk wayang yang dibuat, Ratna menceritakan wayang dibuat sesuai pakemnya dengan ukuran terkecil hingga ukuran standar yang digunakan dalam pagelaran wayang. Mulai dari 25 sentimeter, 35 sentimeter maupun ukuran standar sesuai dengan permintaan pembeli. “Untuk beli produk wayang kami harus pesan terlebih dahulu, karena untuk satu buah wayang membutuhkan estimasi pembuatan satu minggu,” tegas Ratna.

Dari pengalaman selama ini, untuk suvenir banyak dipesan untuk tokoh wayang Pandawa dan punakawan, namun ada juga pemesanan wayang seperti tokoh Trijata dan Kumba Karno. Begitu detailnya pembuatan wayang dibuat sesuai pakemnya, meskipun ukurannya sangat kecil diakui Ratna pengerjaan wayang tidak bisa dilakukan begitu saja, namun harus dilakukan dengan ketelitian dan kehati-hatian. (cah/yon)

 

You may also like

Skip to content