Malang, (malangkota.go.id) – Pemerintah Kota Malang terus memacu usaha rakyat untuk tetap bertahan dan berkembang, sekaligus menjadi potensi wisata lokal. Melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) menggelar acara ‘Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Pedagang Wisata Belanja Tugu (WBT) dan Malang Night Market’ di Hotel Aria Gajayana Malang, Senin (15/03/2021).
Acara ini untuk memberikan pengetahuan kepada para pedagang terkait penggunaan teknologi, protokol kesehatan, serta pentingnya menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19. Para pedagang juga didorong untuk menjajakan dagangan yang berkualitas, terutama kuliner yang sehat dan aman. Sehingga masyarakat pengunjung wisata belanja merasa nyaman dan aman.
“Dalam kondisi pandemi ini, ternyata yang masih mampu bertahan adalah ekonomi mikro yang digerakkan oleh panjenengan semua. Melalui konsep smart economy diharapkan pasar akan lebih luas, tidak hanya di kawasan Tugu, Velodrom, atau Night Market saja, tetapi juga bisa dikenal, minimal di Kota Malang,” ujar Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji.
Kepala Disporapar, Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M. Si menyampaikan pentingnya penerapan CHSE atau Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan) dalam kegiatan wisata belanja di Kota Malang. Ia juga mendorong pedagang di Kota Malang untuk selalu menerapkan program ini.
“Dalam mendukung industri pariwisata dan ekonomi kreatif di tengah pandemi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menggencarkan program CHSE,” ujar Ida Ayu.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Malang, Dra. Latifah Hanun, mengatakan pengelola ataupun pedagang harus selalu memberikan keamanan dan kenyamanan bagi konsumennya. “Penerapan protokol kesehatan di tempat belanja merupakan pedoman yang harus selalu dipegang dan dilakukan baik untuk pedagang dan pengunjung. New normal bukan berarti kita telah kembali normal seperti sedia kala. Kasus Covid-19 masih terus meningkat. Jalankan protokol dengan GERMAS,” ujar Latifah.
Hal senada juga disampaikan Kepala Seksi Layanan Informasi, Pandu Zanuar Sulistyo, ST mengungkapkan bahwa wisata belanja merupakan bagian dari dinamika Kota Malang. Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19 dan kemajuan teknologi, para pedagang juga harus mampu beradaptasi dengan hal tersebut.
“Kemampuan memanfaatkan IT dan kemauan untum mengembangkan potensi dirasa sangat penting untuk dapat mempertahankan eksistensi usaha, misalnya dengan mengenali kebutuhan pasar, mempercantik desain kemasan, ataupun melakukan promosi melalui media digital,” ujarnya.
Penggunaan metode pembayaran non tunai (cashless) juga diharapkan bisa dilakukan oleh pedagang untuk mengurangi penularan Covid-19. Selain itu juga untuk mempermudah transaksi antara penjual dan pembeli karena akan lebih aman dan nyaman.
“Konsep cashless dengan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) juga mendukung konsep smart City yang ada di Kota Malang. Karenanya Pemkot Malang telah bekerja sama dengan Bank Jatim untuk mengembangkan program ini. Nantinya, pembeli akan bisa membayar hanya dengan memindai QR code yang dimiliki masing-masing pedagang dan dapat membayar belanjaannya melalui transfer dari berbagai bank dan fintech (financial technology), seperti OVO, Gopay, dan lainnya,” sambungnya. (ari/ram)