Malang, (malangkota.go.id) – Jika dulu citra perempuan yang lebih banyak bekerja di sektor private, di masa kini peran perempuan sudah jauh lebih luas. Terutama di sektor-sektor publik esensial yang terkait dengan pembangunan nasional.
Dalam konteks pembangunan nasional, sudah cukup banyak sumbangsih pemikiran dan tenaga yang diberikan dan diterapkan dari kader-kader Kartini tersebut. Salah satu kader Kartini yang bisa dilihat perannya di masyarakat adalah sosok Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH., M.Si, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang.
“Bagaimanapun juga kita (perempuan), bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kita lakukan sekarang ini. Karena ada peran yang sangat penting dari seorang R.A. Kartini untuk memajukan kaum perempuan Indonesia,” ujar Ida Ayu.
Perempuan yang sudah menjabat sebagai Kepala Disporapar sejak tahun 2020 ini menilai, dalam konteks pembangunan, peran perempuan tidak hanya sebagai seorang ibu dan tiang keluarga. Tapi juga berperan sebagai pelayan masyarakat, tentunya bisa memberikan dampak yang sangat baik untuk pembangunan, khususnya di Kota Malang.
“Tapi secara umum sudah banyak perempuan di Indonesia yang berani maju sebagai pemimpin bangsa, bahkan kita pernah punya presiden seorang perempuan, yaitu ibu Megawati Soekarno Putri,” tambahnya.
Di lingkungan Pemkot Malang, Ida melihat jika dari segi kuantitas, keterlibatan perempuan sendiri baik pada lembaga eksekutif maupun legislatif, sebetulnya mungkin belum memenuhi kuota minimal dari yang dianjurkan pemerintah, yaitu 30% dari keseluruhan anggota. Akan tetapi, bukan berarti suara-suara perempuan di luar sana tidak terwakili oleh para pemangku jabatan di Kota Malang.
Beberapa wakil-wakil perempuan tersebut sudah berani bersuara lantang terkait dengan pengambilan kebijakan. Namun begitu, Ida berharap akan ada lebih banyak kader-kader perempuan yang bisa bergabung di lingkungan Pemkot Malang, dan lebih berperan aktif memberikan suaranya.
“Jika kita berani bersuara dan memperjuangkan hak-hak perempuan, maka tentu hal tersebut akan bisa mewarnai kebijakan yang dibuat oleh legislatif maupun eksekutif,” jelasnya.
Sebagai salah satu pemimpin perempuan di lingkungan Pemkot Malang, Ida memulai karir kepemimpinannya sejak tahun 2010, ketika ia ditunjuk menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Tiga tahun berselang, ia dipercaya menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, sebelum akhirnya kembali ke Disbudpar setahun setelahnya.
Lama menjabat sebagai Kepala Disbudpar, wanita asal Bali ini sempat merasakan memimpin dua instansi sekaligus pada tahun 2019. Ia dipercaya merangkap jabatan sebagai Plt. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Malang. Kemudian pada tahun 2020, ketika Dinas Pariwisata bergabung dengan Dispora, ia mendapat amanah sebagai Kepala Disporapar sampai saat ini.
Memiliki perjalanan karir yang panjang, penggemar musik pop ini menjelaskan, tantangan yang ia rasakan ketika harus memimpin sebuah organisasi yang besar adalah, harus menyadari bahwa terdapat perbedaan antara peran dan porsi utamanya mengurus keluarga. Ia melihat bahwa pemimpin perempuan memiliki kelebihan dalam hal kesabaran, ketelitian, dan kehati-hatian dalam menjalankan perannya.
“Hati-hati bukan berarti kita takut dan tidak berani untuk melakukan sesuatu, akan tetapi kita merasa harus pintar dan lebih detail dalam mengendalikan sesuatu. Terutama dalam mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan. Hal tersebut mungkin berbeda dengan rekan-rekan laki-laki yang lebih berani mengambil risiko,” ujarnya.
Berperan sebagai seorang ibu yang mengayomi orang banyak di lingkungan pekerjaan, tentunya berbeda dengan bagaimana peran seorang ibu di keluarga. “Jika sebagai ibu di rumah, kita bisa lebih apa adanya dalam menyampaikan maksud dan tujuan kita. Akan tetapi jika dalam lingkungan pekerjaan, banyak hal yang harus dipertimbangkan,” sambungnya. (ayu/ram)