Malang (malangkota.go.id) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat angka inflasi di Kota Malang mengalami peningkatan pada bulan April 2022 ini. Kenaikan angka inflasi ini cukup signifikan dari 0,63 persen pada bulan Maret 2022 menjadi 1,44 persen di Bulan April.
Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, SE, MM mengatakan bahwa kenaikan harga ini dialami oleh seluruh kota di wilayah Jawa Timur. “Pada April 2022 ini, inflasi di Kota Malang merupakan yang tertinggi dari delapan kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur yakni di angka 1,44 persen dan yang terendah adalah Sumenep di angka 0,95 persen. Angka inflasi Kota Malang April 2022 lalu ini juga lebih tinggi jika dibandinglan dengan angka inflasi Jawa Timur, yakni sebesar 1,05 persen, juga secara nasional yang berada pada angka 0,95 persen,” terang Erny dalam Berita Resmi Satistik (BRS), Senin (9/5/2022).
Menurutnya, inflasi dipengaruhi oleh faktor permintaan pasar yang tinggi selama Ramadan dan jelang Lebaran. Selain itu juga turut didorong oleh belanja pemerintah, THR untuk ASN dan kebijakan bantuan sosial bagi pemenuhan sembako yang diluncurkan Pemerintah.
Kenaikan harga ini juga dipengaruhi oleh naiknya PPN per 1 April 2022 menjadi 11 persen sehingga beberapa barang kena pajak juga naik harganya. Meningkatnya kenaikan harga komoditi juga dipengaruhi oleh kenaikan BBM, sehingga mempengaruhi biaya produksi dan distribusi beberapa komoditas.
Lebih lanjut Erny menyampaikan bahwa kelompok pengeluaran yang memiliki tingkat inflasi paling tinggi pada bulan April 2022 lalu adalah kelompok transportasi. “Yakni sebesar 4,24 persen dengan andil inflasi sebesar 0,54 yang terdiri dari bensin, angkutan udara, mobil, pemeliharaan/servis kendaraan, tarif kereta api, travel, kendaraan roda empat online, sepeda motor, juga solar. Ini komoditas-komoditas yang sepertinya langganan selalu naik di situasi Lebaran. Karena permintaan naik, jadi harga berapa pun tetap terjual,” terangnya.
Diikuti oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 2,53 persen dengan andil 0,54 persen. Di posisi ketiga, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tinggi adalah kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran yakni di angka 1,20 persen dengan andil inflasi sebesar 0,10 persen.
BPS juga mencatat bahwa kenaikan indeks harga konsumen pada Bulan April lalu tak lepas dari adanya kenaikan beberapa komoditi-komoditi yang memiliki andil sebagai penyumbang inflasi tertinggi. “Harga minyak goreng yang masih tinggi menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Kenaikan harga sebesar 35,26 persen dengan andil 0,33 persen. Kemudian berturut-turut diikuti oleh bensin, angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, kontrak rumah, mobil, kue kering berminyak, nasi dengan lauk, juga ayam hidup,” urainya.
Namun demikian, ada beberapa komoditi yang mengalami penurunan harga. Tercatat ada cabai rawit yang turun hingga minus 43,91 persen, sehingga memiliki andil terhadap deflasi sebesar minus 0,12 persen. Komoditi lain yang juga mengalami penurunan harga adalah bawang merah, beras, cabai merah, udang basah, tomat, wortel, brokoli, ikan tuna, dan ikan bandeng yang diawetkan.
Tak hanya terkait inflasi di Kota Malang, dalam BRS kali ini juga disampaikan perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Kota Malang selama Bulan Maret 2022. TPK hotel pada bulan Maret 2022 mengalami kenaikan sebesar 7,6 poin, yakni di angka 51,34 persen dibandingkan dengan bulan Februari, yang berada pada angka 43,74 persen.
“Dari 100 kamar hotel bintang yang tersedia di Kota Malang rata-rata terdapat 51 sampai dengan 52 kamar yang terisi setiap harinya. Angka ini masih lebih rendah dari TPK Jawa Timur yang sebesar 51,68 persen. Tetapi lebih tinggi dari TPK Indonesia yang masih pada angka 45,15 persen,” jelasnya.
Erny juga mengungkapkan bahwa Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) hotel bintang di Kota Malang adalah 1,47 poin. “Angka tersebut 0,16 poin lebih rendah dibandingkan RLMT Jawa Timur dan 0,15 poin lebih rendah dibandingkan RLMT Indonesia,” tambahnya.
Terpisah, Wali Kota Malang Drs. H. Sutiaji mengungkapkan optimismenya bahwa kenaikan angka inflasi dan hunian kamar hotel menjadi pertanda berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi.
“Saya rasa ini bagus ya. Inflasi naik cukup tinggi dan tetap terkendali. Artinya daya beli masyarakat meningkat, kebijakan pemerintah juga membantu ekonomi riil makin bergerak. Hotel dan wisata juga positif, perlu kita jaga terus,” tutur Sutiaji, Selasa (10/5/2022). (ari/yon)