Kedungkandang (malangkota.go.id) – Menjadi salah satu korban mal legendaris Malang Plasa yang terbakar pada Selasa (2/5/2023) lalu tak menyurutkan asa Muhammad Harun Syahbani. Meski ratusan lukisannya ikut terbakar, pelukis berusia 62 tahun ini terus aktif menorehkan karyanya di atas kanvas.
Diungkapkannya, setidaknya ada kurang lebih 300 karya miliknya yang ikut terbakar, dan ini diakui Harun membuatnya bersedih. Untuk bisa membuat karya sebanyak itu, pelukis yang identik dengan gaya abstrak figuratif printing ini menceritakan membutuhkan waktu 40 tahun.
“Dibilang sedih, tentu sangat sedih. Tetapi sebagai seniman saya tidak boleh berhenti berkarya, karena hanya melalui karya saya bisa berbahagia,” jelas Harun, Senin (15/5/2023).
Harun menyebutkan lukisan adalah bahasa roh ungkap piker, rasa, renungan alam yang indah dan hidup yang tertata. Untuk itu dengan terus berkarya lah pria yang juga sangat hobi bernyanyi ini berharap terus bisa menunjukkan eksistensi dalam dunia seni.
“Semua sudah kuasa Allah SWT, apa yang terjadi sudah kehendak-Nya. Detik waktu adalah milik-Nya, kita bisa bernafas, kita bisa berzikir adalah karunia-Nya. Untuk itu bismilah rida-Nya,” tutur Harun.
Meski pasrah atas apa yang menimpanya, Harun menyebutkan sebagai manusia ia harus tetap berikhtiar untuk bisa mendapatkan jalan keluar. Bersama teman-temannya, Harun mengatakan sudah mendapatkan alternatif tempat untuk memajang karyanya, salah satu pilihan adalah di Kampung Kayutangan Heritage agar karyanya bisa dinikmati oleh masyarakat dengan skala yang luas.
“Memang belum sepenuhnya representatif karena tempatnya masih belum permanen, tetapi setidaknya di Kayutangan kami bisa menampilkan karya-karya kami,” ujar Harun.
Dengan saat ini Kayutangan sudah semakin dipoles, Harun menceritakan banyak bisa membantu seniman-seniman di Kota Malang untuk bisa berkarya. Tidak hanya seniman lukis, namun juga seni musik, tari dan juga usaha kecil bisa berkembang seiring sejalan dengan perkembangan sektor pariwisata di Kota Malang. (cah/yon)