Kedungkandang (malangkota.go.id) – Keberadaan komunitas peduli sampah ‘Tempe Sabar’ yang merupakan akronim Tempat Pemilahan Sampah Barokah di Jalan KH Hasyim V RT 7 RW 3 Kelurahan Kedungkandang Kecamatan Kedungkandang patut diapresiasi. Komunitas yang berdiri sejak 14 Agustus 2022 lalu ini selain sebagai bekerja secara sosial, hasil dari penjualan sampah yang dikelola disedekahkan kepada yatim piatu, kaum duafa dan juga petugas kebersihan.

Aktivitas Komunitas Tempe Sabar saat memilah sampah dan menerima sedekah sampah

Komunitas yang diinisiasi Susianah Ita bersama sang suami Joni Dwianto ini berawal dari keresahan melihat banyaknya sampah berserakan di sekitar rumah dan masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah jenis sampah. Kala itu diceritakannya sang suami saat menggarap lahan banyak menemukan sampah, khususnya sampah plastik yang menjadikannya membutukkan tenaga ekstra saat bekerja.

Akhirnya setelah berdiskusi dengan sang suami, Ita bersepakat untuk mendirikan komunitas ‘Tempe Sabar’. “Karena saat itu belum menemukan konsep kerjanya seperti apa, kami menggandeng Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Brawijaya Malang dan pada akhirnya ketemu konsep sedekah sampah,” bebernya Rabu (5/2/2025).

Seiring berjalannya waktu, saat ini kurang lebih sudah ada 20 orang warga sekitar yang bergabung. Meski sebagai komunitas yang mengumpulkan berbagai jenis sampah, namun anggota komunitas Tempe Sabar tidak mengambil sampah yang ada di tempat sampah pada umumnya, akan tetapi menerima pemberian sampah dari warga setelah sampah-sampah dipilah berdasarkan jenisnya.

“Di tahun pertama berdirinya komunitas ini, warga yang memberi sedekah sampah hanya di wilayah RW 3 Kelurahan Kedungkandang. Namun saat ini sudah meluas hingga Kelurahan Lesanpuro, Madyopuro, Sukun dan bahkan beberapa daerah di wilayah Kabupaten Malang,” jelas perempuan yang juga anggota Kader Lingkungan Kota Malang tersebut.

Selain sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan, Ita mengungkapkan melalui Komunitas Tempe Sabar ini juga ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan memilah sampah berdasarkan jenisnya, mulai sampah plastik, kertas, botol kaca dan lain-lain. Di sisi lain, perempuan berusia 47 tahun ini ingin keberadaan Komunitas Tempe Sabar bermanfaat bagi sesama, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.

“Karena sudah banyak warga yang peduli dan memberi sedekah sampah, suami saya bersama bapak-bapak lain kini juga mengambil sampah-sampah di beberapa tempat komunal sampah setiap hari Jumat, . Selama 20 bulan kami mengumpulkan sampah sekitar 7,5 ton,” beber Ita.

Setelah sampah-sampah dipilah dan dikemas rapi, kemudian dijual kepada tengkulak atau pengepul dan hasilnya 100 persen disedekahkan. Sedekah yang diberikan setiap enam bulan ini nilainya bervariasi, mulai dari Rp10 juta-Rp20 juta. (say/yn)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content