Klojen (malangkota.go.id) – Seni pertunjukan berjudul ‘Joko Lulo Nagih Janji’ persembahan SMP Negeri 4 Kota Malang menjadi Penampilan Terkreatif dalam ajang Indonesian Internasional Arts Festival 2025 yang digelar dalam rangkaian Musyawarah Nasional (Munas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) VII Tahun 2025 di Surabaya beberapa waktu lalu.

Prestasi ini merupakan satu di antara banyak capaian di bidang seni yang ditorehkan sekolah yang terletak di Jalan Veteran Kota Malang ini. Pertunjukan yang disutradarai oleh guru Seni Budaya SMP Negeri 4 Kota Malang Bayu Kresno Mukti ini disajikan secara apik oleh 25 siswa SMP Negeri 4 dengan mengolaborasikan seni musik tradisi, tari, juga teater.
‘Joko Lulo Nagih Janji’ merupakan cerita rakyat Kota Malang yang berkisah tentang seorang gadis cantik dari Panawijen (Polowijen) yang bernama Ken Dedes dan pemuda buruk rupa namun memiliki kekuatan sakti mandraguna dari Dinoyo yang bernama Joko Lulo. Kisah ini yang akhirnya melatarbelakangi munculnya mitos berupa larangan bagi orang asli Dinoyo dan Polowijen agar tidak saling menikahi.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana mengungkapkan rasa bangganya atas keberhasilan tim Paguyuban Peminat Seni Tradisi (PPST) SMP Negeri 4 Kota Malang yang mengharumkan Kota Malang di ajang yang diikuti oleh 98 kota se-Indonesia ini. “Kita angkat kisah asli Kota Malang, dan alhamdulilah kita dinobatkan menjadi yang terkreatif, menjadi yang terbaik di antara yang baik,” ujar Suwarjana usai mengikuti apel pagi yang dirangkaikan dengan Penyerahan Penghargaan Penampilan Terkreatif pada Pentas Seni Indonesia International Arts Festival dalam Munas VII APEKSI Tahun 2025, Senin (19/5/2025).
Lebih lanjut Suwarjana mengungkapkan komitmennya untuk terus mengapresiasi dan men-support potensi seni dari sekolah-sekolah di bawah naungan Disdikbud Kota Malang dengan memberikan ruang untuk menunjukkan kebolehannya dalam berbagai event yang digelar oleh Pemkot Malang. “Ini bukti bahwa kita bergerak agar kesenian, kebudayaan kita ini tidak punah, serta untuk menumbuhkembangkan dan menggairahkan pendidikan seni di sekolah. Tentu pendidikan kebudayaan ini juga memiliki korelasi dengan Dasa Bakti untuk mewujudkan Ngalam Pinter dan Ngalam Asyik,” sambungnya.
Dijumpai di kesempatan yang sama, Kepala SMP Negeri 4 Kota Malang, Pancayani Dinihari menuturkan bahwa sekolahnya memiliki potensi dalam pengembangan kesenian melalui PPST. Khusus untuk pertunjukan dalam rangkaian Munas APEKSI ini, tim PPST SMP Negeri 4 membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk berlatih secara intensif. “Total ada 25 anak dari kelas seni, seluruhnya kelas VIII. Mereka memang dipersiapkan untuk pergelaran-pergelaran seperti ini. Dan kami butuh waktu sekitar dua minggu untuk berlatih secara intensif,” bebernya.
SMP Negeri 4 Kota Malang pun kerap menjadi perwakilan untuk mengikuti beragam perlombaan dan festival tingkat nasional bahkan internasional. Tak jarang, SMP Negeri 4 kerap menjuarai Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Ada lima kelas khusus kesenian yang terbagi di jenjang kelas VII dan VIII masing-masing ada dua kelas, dan untuk kelas IX ada satu kelas.
“Untuk kelas khusus ini pelajaran seninya memang tidak sama dengan kelas atau sekolah lain, karena kami ada musik tradisi, tradisi, dan teater. Untuk kelas ini ada sembilan jam pelajaran khusus seni budaya, sementara untuk kelas biasa hanya tiga jam pelajaran,” pungkasnya. (ari/yn)