Meski Indonesia sudah 70 tahun merdeka, namun di Kota Malang tidak semua warga bisa disebut ‘merdeka’. Masih ada sekitar lima persen warga Kota Malang yang masih berada dibawah garis kemiskinan dan hidup di kawasan kumuh. Hal itulah yang disampaikan oleh Wali Kota Malang, H. Moch. Anton dalam acara halalbihalal di kantor Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB) Kota Malang, Rabu malam (19/8).
“Ke depan, Pemkot Malang akan memaksimalkan kerjasama dengan pihak ketiga untuk terus menekan angka itu, sehingga warga miskin di kota ini semakin kecil atau bahkan tidak ada. Selama ini kita sudah berupaya dengan maksimal, dan salah satunya melalui kegiatan blusukan kampung yang diadakan setiap dua minggu sekali,” imbuh orang nomor satu di Pemerintah Kota (Pemkot) Malang itu, Rabu (19/8).
Ditambahkan oleh pria yang kerap disapa Abah Anton itu, dalam acara blusukan kampung, selain menyerap aspirasi masyarakat, mengetahui apa yang dirasakan dan dikeluhkan masyarakat, juga diadakan bedah rumah. “Setiap dua minggu sekali setidaknya ada lima rumah warga yang dibedah, sehingga saya rasa itu cukup membantu program pengentasan kemiskinan di Kota Malang,” sambung politisi PKB itu.
Selama ini Pemkot Malang banyak dibantu oleh pihak ketiga melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility_red) untuk berbagai program pembangunan. Dan Kota Malang saat ini menjadi percontohan nasional sebagai kota yang bisa memaksimalkan dana CSR. “ Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Pemkot Malang selama ini dalam program pembangunan. Ini salah satu bukti untuk mewujudkan Kota Malang sebagai kota yang bermartabat, sesuai moto yang diusung selama ini,” beber Abah Anton.
Pada acara ini, Wali Kota Malang didapuk oleh untuk memberikan penghargaan kepada 43 insitusi atau pihak ketiga yang telah membantu program pembangunan di Kota Malang. “ Karena sekarang dalam momen hari kemerdekaan, maka para penerima penghargaan tersebut bisa disebut sebagai pahlawan. Mereka telah membantu Pemkot Malang dan warga miskin, jadi saya rasa tidak masalah jika nama pahlawan melekat pada mereka,” pungkas Abah Anton. (say/yon)