Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar seminar internasional dengan tema ‘Memperkokoh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra dan Budaya’ di Ruang Seminar Oesman Mansoer Gedung C Lantai 3 Unisma, Senin (28/9).
Seminar internasional ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Kacung Marijan, Ph.D, Ketua Jurusan Bahasa Asia Tenggara, Kanda University of International Studies (KUIS) Jepang Prof. Kyoko Funada, Ph.D, serta dari Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (APBIPA) Indonesia Dr. Widodo HS, M.Pd.
Prof. Kyoko Funada, Ph.D membeberkan salah satu alasan masyarakat Jepang belajar bahasa Indonesia adalah karena hubungan ekonomi dan kebudayaan antara Jepang dengan Indonesia yang semakin erat.
“Sebenarnya di beberapa university di Jepang yang memiliki jurusan Bahasa Indonesia ini sudah lumayan banyak peminatnya. Tidak belajar di university juga, banyak juga warga Jepang yang belajar langsung di Indonesia,” imbuhnya, Senin (28/9).
Kyoko mengatakan banyak warga Jepang yang berkunjung dan tinggal di Indonesia untuk bekerja di bidang perdagangan, mempelajari bahasa, kesenian, atau sebagai anggota NGO. Jadi banyak motivasi yang membuat bahasa Indonesia banyak dipelajari di Jepang.
Pemerintah Jepang sendiri memiliki beberapa metode pengajaran yang sesuai dengan orang Jepang. Kyoko menyebutkan, perlu menyiapkan tempat atau memberi kesempatan berkomunikasi dengan orang Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia standar. Selain itu juga perlu memberi kesempatan presentasi dan diskusi bagi mereka yang mau belajar bahasa Indonesia.
Sementara itu Ambarwati selaku Kabag Humas Unisma menjelaskan bahwa seminar ini mengundang beberapa orang pembicara utama serta peserta dari berbagai profesi seperti guru, dosen, peneliti, mahasiswa, serta pemerhati bahasa, baik dalam negeri maupun luar negeri. “Total ada 250 peserta terdiri pemakalah dan non pemakalah. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Korea Selatan, dan Myanmar,” jelasnya. (rum/yon)