Klojen, MC – Kota Malang memiliki banyak kreator dan inovator handal yang sangat berpotensi tampil di tingkat nasional bahkan internasional. Hal itu diketahui saat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang menggelar Lomba Inovasi Teknologi (INOTEK) Kota Malang 2016, Jum’at (20/5).
Ada empat kategori yang dilombakan dalam lomba ini, masing-masing kategori Teknologi Informasi dan Komunikasi, Lingkungan Hidup, Agribisnis, serta Energi yang diikuti sekitar 62 peserta dari berbagai kalangan, baik perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakay (LSM) hingga perwakilan dari kelurahan.
Kepala Bappeda Kota Malang, Drs. Wasto, SH, MH mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya pemerintah daerah dalam menggali unsur-unsur kreatif yang ada dalam masyarakat. Terbukti, dalam lomba kali ini ada beberapa terobosan baru yang sangat inovatif dan tidak terduga sebelumnya, seperti polisi tidur yang bisa menghasilkan energi, paving dari sampah dan sebagainya
“Ini merupakan bukti jika potensi kreatif di Kota Malang ini sangat bagus. Potensi-potensi seperti itu harus mendapat perhatian khusus, terutama dari pemerintah agar terus berkembang,” kata Wasto.
Bappeda Kota Malang juga berencana akan mengembangkan potensi kreatif warga dengan membentuk paguyuban bersama sebagai wadah dan tempat berkumpul para inovator untuk berdiskusi dan mengaplikasikan hasil karya mereka.
Tak hanya itu, pemerintah juga bersedia menjembatani hasil karya para inovator ini untuk dipatenkan serta dipasarkan dengan menggandeng Malang Creative Fusion (MCF) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
Selain merupakan penjaringan inovasi, lomba INOTEK ini juga ajang persiapan untuk mengirimkan wakil dari Kota Malang untuk ikut lomba tingkat provinsi. Diakui Wasto, pada tahun 2015 lalu, pemerintah (Kota Malang) kurang siap mengikuti lomba serupa, sehingga hasilnya kurang membanggakan.
“Karena itu tahun 2016 ini kita coba serius dengan menjaring di tingkat kota dahulu untuk ikut di tingkat provinsi, nanti jika menang tingkat itu bisa melaju ke tingkat nasional,” tuturnya.
Salah satu inovasi yang cukup membanggakan, adalah paving sampah hasil kreasi warga Kelurahan Rampal Celaket. Karya ini cukup unik, karena para ibu-ibu di kelurahan itu memiliki pemikiran bagaimana mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna seperti paving.
Ketua tim dari Kelurahan Rampal Celaket, Nur Hamidah mengatakan, paving sampah terdiri atas tiga komponen, yakni sampah itu sendiri, semen dan pasir yang diolah hingga menjadi paving. Agar memiliki kekuatan yang baik, proses pembuatan hingga pengeringan membutuhkan waktu satu minggu, dan paving bisa digunakan.
“Dan yang mengerjakan ini adalah warga sendiri yang terdiri dari ibu-ibu juga. Ini patut diapresiasi, karena semangat para ibu ini yang sangat luar biasa,” kata Nur Hamidah
Paving dari olahan sampah ini juga menarik karena bisa meresap air dengan baik, sebab bahannya juga terdiri dari kain yang sudah tidak terpakai, disamping sampah jenis lain yang bisa dimanfaatkan. “Pemikiran ini berangkat dari kepedulian kami terhadap sampah yang ada di kelurahan,” ungkapnya. (say/yon)