Klojen, MC – Di Indonesia, guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki keahlian khusus hanya sebesar 22 persen, sisanya adalah guru-guru yang mengajar dan memiliki keahlian umum. Bagi SMK, keahlian dan keterampilan siswa menjadi prioritas untuk melahirkan generasi muda yang berkompeten agar dapat memenuhi dunia kerja.
Ke depan, guru-guru yang mengajar mata pelajaran umum seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, olahraga, dan lain-lain, akan ditambah keahliannya atau di-upgrade guna memenuhi kebutuhan guru yang mempunyai keahlian khusus seperti guru ekonomi kreatif, guru pariwisata, guru pertanian dan pengendalian pangan.
Hal itu disampaikan olen Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP setelah menjadi salah satu narasumber seminar nasional di Hotel Ollino Malang, Sabtu (22/10). Akan tetapi, menurutnya untuk memenuhi kebutuhan guru dalam jumlah banyak dalam waktu dekat ini masih belum memungkinkan.
“Disamping keterbatasan anggaran, SDM guru yang dibutuhkan itu masih belum ada. Maka dari itu, nantinya Kemendikbud akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga dapat memberikan ilmu dan keterampilan lebih kepada para siswa SMK,” imbuh Menteri Muhajir.
Ditambahkan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu, untuk pengadaan atau penambahan guru yang memiliki keahlian spesifik itu membutuhkan sebuah proses, dan dalam penerimaannya pun juga tidak biasa. “Terkait hal tersebut, bagi guru yang akan diberi tambahan ilmu dan mengajar ini harus siap serta memenuhi kualifikasi,” terangnya.
Terkait peluang guru Pendidikan Luar Sekolah (PLS) untuk mengajar dan turut memenuhi kebutuhan guru tersebut, dijelaskannya bahwa hal itu bisa saja dilakukan. “Guru PLS harus memiliki kemampuan dan keahlian sesuai kebutuhan, dan biasanya yang dibutuhkan adalah para sarjana-sarjana yang berkompeten,” pungkas Menteri Muhajir. (say/yon)