Selasa (20/12) empat orang perwakilan jagal atau pedagang daging sapi kota Malang mendatangi gedung DPRD kota Malang untuk mengadukan tentang langkanya sapi jantan untuk disembelih dan diambil dagingnya. Menurut mereka, sejak awal 2011 lalu, sapi jantan di MalangRaya sudah langka. Akibatnya, kini banyak sapi betina yang dipotong.
Para jagal dan juga pedagang daging sapi yang peduli terhadap jagal ini diterima Ketua Komisi A DPRD kota Malang, Arief Wahyudi dan didampingi beberapa anggota komisi lainnya seperti Subur Triyono, Selamet dan juga Sulik Lestyowati, di ruang komisi.
Kelangkaan sapi jantan ini dikeluhkan oleh para jagal di Kota Malang. H Fauzi, mantan jagal di Pasar Gadang kota Malang, yang saat ini sudah bangkrut, dan beralih jadi penjual daging di Pasar Besar Kota Malang, mengatakan jika saat ini sudah ada 10 persen dari 40 orang jagal resimi di kota Malang yang gulung tikar dari usahanya sebagai jagal karena langkanya sapi jantan untuk disembelih tersebut.
Banyak jagal yang bangkrut itu, karena sapi yang akan dipotong sudah langka. Kelangkaan itu kata Fauzi, banyak sapi betina yang disembelih meskipun hal itu sebenarnya tidak pernah dilakukan selama ini. “Sapi betina kan untuk melahirkan keturunan sapi selanjutnya. Kalau sampai sapi betina disembelih, maka populasi sapi lambat laun akan punah,”jelasnya.
Menurut data yang disampaikan Fauzi ke Komisi A, setiap harinya ada 60 hingga 100 sapi betina yang di potong di kabupaten Malang. “Di Singosari, ada 20 ekor setiap harinya yang dipotong. Di Kepanjen ada 20 ekor, Bululawang ada 5 ekor, Gondanglegi ada 10 ekor, Tumpang sebanyak 15 ekor tiap harinya, Kota Batu sebanyak 20 ekor, Kecamatan Pakis ada 10 ekor, dan di Temboro ada 15 ekor,” paparnya.
“Seharusnya tidak demikian. Untuk di Kota Malang, biasanya ada 50-60 ekor sapi jantan untuk yang dipotong. Sekarang ini jumlah penyembelihan sapi jantan di kota Malang menurun dratis, karena sapi sudah langka. Kami dan kawan-kawan, sangat menghargai sebisa mungkin tidak memotong sapi betina,” akunya.
Menanggapi hal itu, Ketua Komisi A, Arif Wahyudi mengatakan, jika pihaknya menerima keluhan mereka dan akan langsung mengirimkan keluhan para jagal itu ke Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. “Semua keluhan dan persoalan yang disampaikan, akan kami tindak lanjuti. Kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Terkait dan surat ini akan kami kirim langsung ke Gubernur melalui fax,” katanya.
Arif juga menyayangkan kelangkaan sapi betina yang ikut dipotong itu. Selain itu jagal juga ikut merugi, karena beli sapi betina mahal, harga daging tak sesuai dengan harga beli sapi betina.
“Saat ini harga daging memang mahal. Tapi kalau dibanding dengan harga sapi betina yang mencapai belasan juta itu tak cocok, masih merugi,” sambungnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh anggota komisi A lainnya. Seperti halnya Selamet, yang mengatakan jika pihaknya tidak melarang adanya pengiriman sapi jantan ke luar Jawa Timur, dengan catatan kebutuhan sapi di Jawa Timur terpenuhi. “Untuk saat ini, mari kita cari solusi terbaiknya seperti apa,” ungkap politisi partai Gerindera itu. (say/dmb)