Arema kembali bergolak. Inilah kronologis terjadinya konflik antara Manajemen Arema Indonesia dan pemain yang kini berkompetisi di Indonesia Premier League (IPL). Manajemen memecat beberapa pemain yang komitmennya tak jelas kepada manajemen yang saat dikelola perwakilan dari investor yakni PT Ancora.
Dalam manajemen Arema itu,terdapat sosok baru yang sudah dipeercaya oleh Ketua Yayasan Arema, HM Nur. Jabatan Direktur PT Arema Indonesia, oleh M Nur dan Siti Nurzanah diserahkan kepada Winarso. Bahkan Winarso kepada awak media usai pertandingan antara Arema melawan PSMS Medan juga sebagai manajer tim.
Munculnya konflik ditubuh Singo Edan itu, diperoleh dari sumber terpercaya pada Kamis (22/12/2011) siang. Akar persoalan utamanya muncul ketika manajemen akan melengkapi tim, untuk segera di daftarkan ke PSSI dan berkompetisi di IPL 2011-2012.
“Saat itu, PSSI meminta agar daftar pemain harus segera diserahkan ke PSSI. Pihak manajemen khawatir kalau tidak dipercepat ada kontrak dengan pemain, pemain malah kabur,” kata narasumber yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Saat itu juga, pihak Manajemen terus hubungi Direktur PT Arema Indoensia, Siti Nurzanah. Tujuannya, agar segera melakukan tanda tangan lembar kontrak pemain. Tapi Siti Nurzanah tak juga mau datang menemui manajemen yang saat itu berada di bawah naungan pendiri Arema, Lucky Adrianda Zainal alias Sam Ikul.
Karena manajemen menunggu Siti Nurzanah tak juga datang, akhirnya manajemen membuat MoU dengan para pemain yang sudah siap dikontrak. Tujuannya agar kontrak legal. Akhirnya disepakati MoU tersebut dan terjadi jalin kontrak dengan pemain.
Setelah itu, latihan berjalan lancar sesuai program yang ada. Training Center (TC) di Kota Batu dipimpin langsung oleh pelatih asal Bosnia, Milomir Seslija. Namun, jelang mau launching pemain ke publik, kembali ada masalah. Pemain tak mau datang ke acara launching. “Katanya pemain bukan hari itu launchingnya. Tapi masih besok,” kata sumber itu.
Noh Alam Shan dan semua pemain, malah tak mau berangkat ke acara launching. Tetapi pemain lebih memilih tinggal di mess. Berbagai bujuk rayu yang dilakukan manajemen, akhirnya pemain mau datang keacara launching. Launching pun terjadi dan sukses dilakukan. Bahkan saat itu, juga dikenalkan jersey desain baru Arema.
Setelah launching pemain kelar, di kantor Arema Indonesia, Jalan Jakarta 48 Kota Malang, pemain kembali melakukan boikot secara mendadak. Pemain tak mau berangkat ke Papua, karena kala itu Arema harus bertanding lawan Persipura. Bahkan kata sumber itu, di mess pemain, sampai terjadi kericuhan atau insiden serius. Noh Alam Shah alias Along diketahui memukul manajer tim, Haris Pambudi.
Walaupun terjadi insiden memalukan itu, Along tiba-tiba memberitahukan, bahwa ada instruksi dari siti Nurzanah agar pemain harus berangkat ke Papua untuk laga away perdana melawan Persipura. Akhirnya pemain mengikuti perintah Siti Nurzanah, tetap berangkat ke Papua.
Di Papua, Siti Nurzanah juga datang menemui pemain. Namun, kehadiran Siti Nurzanah itu atas nama perwakilan dari PSSI, karena perempuan berjilbab itu sudah menjadi pengurus PSSI. Setelah pemain mau pulang ke Malang, diketahui pemain mampir di Makassar. Di Makassar, diketahui ada pertemuan antar pemain dan pihak lain, selain manajemen.
Sementara, Manajemen Arema sendiri, tidak tahu apa yang dibicarakan di sana dengan pemain. Sampai di Malang, pemain kembali latihan secara normal. Tak terlihat ada masalah. Komunikasi manajemen dengan pemain baik-baik saja.
Usai latihan kedua, di Lapangan Abdurrahman Saleh, Kabupaten Malang, informasinya ada briefing dari Along kepada pemain dan juga pelatih. Akhirnya, bus yang dinaiki pemain tak langsung pulang ke mess pemain. Bahkan malam harinya pemain langsung berkumpul di Hotel Regent’s.
Di hotel Regent’s itu, ada prosesi tanda tangan kontrak baru untuk pemain yang sebenarnya sudah tanda tangan dengan pihak Lukcy Adrianda Zainal di rumahnya. Acara di Hotel Regent’s dihadiri oleh M. Nur dan Siti Nurzanah. Saat itu M. Nur juga mengangkat Agung Setyo Nugroho sebagai manajer tim, bukan lagi Haris Pambudi. Ditetapkan juga dewan pembina Arema yakni dua Mayjend. (Purn) Suprapto dan Rudolf Butar Butar.
Hanya ada lima pemain dan asisten pelatih Abdurahman Gurning yang tak mau tanda tangan kontrak baru itu. Tak lama setelah itu, tiba-tiba pihak M. Nur dan Siti Nurzanah mengundang pihak manajemen.
Undangan M. Nur itu pada 12 Desember 2011, dilangsungkan di kompleks lapangan Angkatan Laut yang memang menjadi markas pemain Arema pihak M. Nur yang sudah tanda tangan kontrak. Di undangan tersebut hadir seluruh pemain dan pelatih. “Pak Nur menyampaikan, kalau pengelolaan Arema diserahkan ke PT Ancora. yakni Ibu Fanda Soesilo dan Winarso,” katanya.
Saat itu, Siti Nurzanah juga menyampaikan pengunduran dirinya dari direktur PT Arema Indoensia dan menyerahkan jabatannya ke Winarso. “Itu disaksikan semua pemain dan pak Nur sendiri,” katanya.
Tanggal 14 Desember 2011, Winarso ketemu dengan Suwandi yang saat itu mengaku sebagai tim ad hoc dan yang dipercaya M Nur sebagai orang yang akan menyelesaikan konflik di tubuh manajemen dan pemain Arema.
Tak lama dari kejadian itu, saat Media Officer Arema, Noor Ramadhan hendak akan mendatangi pemain di kompleks Lanal, diminta oleh Agung Setyo Nugroho alias Gimin (manajer tim) untuk tidak mengganggu para pemain. “Tolong jangan diganggu pemainku,” kata Gimin saat itu. Melihat kondisi demikian, Media Officer menerimanya dan meninggalkan pemain.
Usai pertandingan melawan PSMS Medan di Stadion Gajayana, keesokan harinya Gimin mengaku mewakili para pemain dan meminta uang bonus untuk pemain. Kabarnya, bonus untuk pemain jika menang itu senilai Rp 5 juta. Padahal ketetapan itu tidak disampaikan kepada manajemen. Pihak manajemen tak mengetahui ketetapan bonus pemain itu.
Dengan sikap Manajer tim tersebut, jelas pihak manajemen tak bisa memenuhi permintaan Gimin dan juga pemain. Karena tak ada koordinasi dengan manajemen. Selain itu, seluruh pemain juga tak mau kembali ke mess yang sudah disediakan manajemen.
Menurut sumber itu, bonus pemain hingga kini tetap tak diberikan oleh manajemen. Karena pemain tak mau bicara baik-baik dengan manajemen selaku yang membiayai keseluruhan. Tetapi pemain malah ikut pada perintah manajer tim yang diangkat M Nur dan Siti Nurzanah di Hotel Regent’s Kota Malang.
Dengan sikap pemain yang tak mau tahu tanggungjawabnya kepada manajemen, jelas manajemen tak mau memenuhi permintaan pemain. Bonus tak bisa dicairkan. Sebenarnya, kata sumber itu, Manajemen tak ingin menyelesaikan masalah dengan pemain itu dengan gaya pecat-memecat. Tapi sudah melayangkan surat atau undangan dari manajemen malah ditolak oleh mmanajer tim, selaku yang ‘menguasai pemain’.
Akhirnya, surat kepada pemain itu, oleh manajemen diserahkan kepada Asisten Manajer, Andrianto, yang juga dipercaya oleh M. Nur menjadi Asisten Manajer. “Hingga kini, pemain belum punya inisiatif, untuk menyelesaikan masalah yang ada. Alasan pemain hanya ingin bermain dan terima gaji,” jelas sumber terpercaya tersebut. (say/dmb)