Berita

Asun Sukses Berkat Kenari

Hanya mampu tamat sekolah dasar (SD) tidak membuat Sunhaji minder, patah semangat ataupun berkecil hati. Dengan belajar otodidak, pria yang akrab dipangil Asun ini bisa membuktikan diri menjadi pengusaha sukses dari beternak burung kenari.

Asun bersama kenarinya, Rabu (27/11)
Asun bersama kenarinya, Rabu (27/11)

Melalui CV Malang Kenari Jaya, Asun mampu membuat Kenari menjadi salah satu ikon burung andalan Kota Malang. Berkat kerja keras dan keuletannya, ribuan kenari milik pria yang tinggal di Gadang 21 C ini kini tersebar ke seluruh Indonesia.

Kalau ketika awal memelihara kenari omzet Asun pada tahun 1991 tidak lebih dari Rp 75.000 per minggu, kini omzet CV Malang Kenari Jaya per pekan Rp 500 juta -600 juta. Berkat penghasilan sebanyak itu, Asun yang awal kedatangannya ke Kota Malang masih mengontrak, kini sudah bisa pergi haji, memiliki rumah sendiri, mobil bagus-bagus dan pekerja yang khusus merawat kenari.

Asun mengungkapkan, awalnya beternak kenari hanya hobi pada awal tahun 1991. Karena tidak memiliki uang, ia harus menjual tape recorder dan TV. Dari penjualan barang berharga yang dimilikinya itu Asun bisa membeli seekor kenari pejantan dan dua betina.

“Awal pertama memelihara kenari, saya masih kontrak satu kamar kecil, burung kenari  itu saya tempelkan di atas kamar tidur. Saya benar-benar tidak menyangka kalau bisa berkembang seperti sekarang,” jelas Asun, Rabu (27/11).

Asun menyebutkan, dari indukan awal itu, usahanya terus berkembang, sebab kenari yang dibeli ternyata memiliki kualitas yang bagus. Satu indukan kenari saja mampu melahirkan begitu banyak kenari yang jumlahnya tidak kurang dari seratus ekor.

“Tahun 1995 sampai 1997, saat orang lain kesulitan mencari uang akibat krisis moneter, saya justru panen uang dari berjualan kenari. Sebab dengan naiknya harga dolar, otomatis harga kenari juga naik,” tegas Asun.

Saking banyaknya penghasilan yang didapat waktu itu, Asun sampai bisa membeli rumah yang sebelumnya menjadi tempat kosnya dan membangunnya lebih representatif. Tahun itu juga dia bisa membeli kios di pasar Splendid.

Meski usahanya sempat jatuh juga, saat isu flu burung merebak dan membuat harga kenari anjlok, Asun tidak pernah patah semangat. Perlahan namun pasti, dia terus membenahi usahanya hingga kini bisa berkembang lagi.

Bahkan sejak dua tahun lalu, setelah sukses menjadi peternak dan pengepul kenari, Asun semakin berani ekspansi pasar kenari dengan mengimpor kenari langsung dari luar negeri. Hingga saat ini, kenari yang dikembangkan pria kelahiran Bantur, Malang Selatan ini sudah mendatangkan kenari dari Taiwan, Afrika, Belanda, Italia dan berbagai negara di Eropa yang lain.

“Alhamdulilah, saat ini omzet kenari saya per pekan sekitar Rp 500 juta-600 juta. Keberhasilan ini tidak lepas dari doa, ketekunan dan terus belajar membaca keinginan pasar,” ujar Asun.

Dengan sudah memiliki jaringan kuat di berbagai penjuru tanah air, Asun mengaku sama sekali tidak kesulitan menjual kenari impor yang didatangkan. Dari pengalaman selama ini, untuk kenari 2.000 sampai 10.000 indukan yang didatangkan dari luar negeri hanya butuh waktu sekitar tiga hari untuk habis terjual.

Berbeda dengan kenari lokal yang harganya mulai Rp 150 ribu sampai 1 juta, untuk kenari impor, harganya jauh lebih mahal. Asun mencontohkan, untuk kenari impor Yokser, pejantan bisa mencapai enam juta. Sementara itu, yang betina sekitar Rp 4,5 juta.

Selain jenis Yokser, kenari impor yang dijual Asun diantaranya berjenis Red Intensif, Red Mozaik, Goldstar, Border, Norweight, Shotfensi, Five Fansi, dan lain sebagainya.

Agar burung kenari impor yang dirawatnya bisa terus sehat, meski menghadapi perubahan cuaca di Kota Malang yang jelas berbeda dengan di negeri asal burung tersebut, pria kelahiran 1975 ini memiliki kiat tersendiri. Di antaranya dengan mendatangkan khusus obat-obatan burung dari luar negeri. (cah/dmb)

You may also like

Skip to content