Menyandang status sebagai orang dengan bipolar (ODB/bipolar disorder_red) tidak menyurutkan semangat Anto Sg untuk berkreasi. Ia membuktikan justru karena gangguan bipolar, kini dirinya bisa menjadi desainer batik. Hal ini diungkapkan Anto saat menjadi pembicara dalam Konferensi Nasional 2 Bipolar dan Gangguan Mood Lain di Hotel Atria malang, Kamis (8/10).
“Saya termasuk ODB tipe I yang lebih cenderung pada maniak. Dan maniak saya pada kreativitas melukis desain batik yang justru mengantarkan saya pada kesuksesan. Jadi masyarakat tidak seharusnya memandang negatif, dan bagi ODB tidak perlu minder karena menderita bipolar,” ucap Anto, Kamis (8/10).
Anto merupakan salah satu anggota komunitas penderita bipolar yang ada di Malang. Menurutnya masih banyak teman- temannya di komunitas ini yang juga mampu menunjukkan eksistensi dan meraih kesuksesan.
Diungkapkan oleh Ketua Seksi Bipolar dan Gangguan Mood Lain Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Dr. B. Handoko Daeng, dr. SpKJ (K) bahwa stigma negatif terhadap penyakit bipolar masih banyak berkembang di masyarakat, ODB masih seringkali dianggap orang gila. Akhirnya keluarga dan penderita sendiri enggan berobat ke dokter. Hal inilah yang menurutnya membuat gangguan bipolar susah dilihat prevalensinya (jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah_red).
“Karena itulah tantangan ke depan cukup besar untuk memberikan pemahaman yang benar terhadap masyarakat bahwa penyakit ini tidak memalukan, bisa diatasi, bahkan penderitanya bisa berkreasi seperti Anto dan teman- temannya yang ada di komunitas ODB,” ucap Handoko.
Berbagai upaya pun terus dilakukan oleh PDSKJI, diantaranya dengan menggelar simposium dan memperingati Hari Bipolar. Menurut Handoko, angka kejadian secara umum di masyarakat adalah antara 1-3 persen. Hasil dari screening yang dilakukan PDSKJI di Surabaya mencatat bahwa perkiraan prevalensi penyakit ini banyak dialami oleh remaja yang mencapai 13,10 persen diikuti dewasa 12,80 persen dan orangtua 6,40 persen.
“Penderitanya memang lebih banyak pada remaja, mungkin karena kondisi psikologisnya masih labil mencari jati diri. Karena itulah dalam rangkaian konferensi nasional ini juga akan kami gelar seminar bagi guru- guru BK pada Sabtu (10/10) besok,” ucap Handoko.
Selain seminar bagi guru, konferensi nasional yang akan ditutup Sabtu (10/10) ini juga diisi dengan simposium yang mendatangkan pembicara para ahli kejiwaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu juga diisi dengan pameran ilmiah serta pemilihan Ketua Seksi Bipolar dan Gangguan Mood Lain PDSKJI yang baru. (cah/yon)
Bisa minta kontak Bpk Anto yang bisa dihubungi atau info supporting group untuk bipolar di Malang ?
Terima Kasih