Artikel

Simerdu, Inovasi Kesehatan Karya Dosen UB

Klojen (malangkota.go.id) – Belum terintegrasinya rekam medis pasien pada bank data kantor praktik dokter dengan rumah sakit rujukan, kerap kali menjadi kendala tersendiri saat seorang pasien menjalani tahapan penanganan medis lanjutan.

Eka Maulana menunjukkan cara kerja Simerdu

Berawal dari kondisi inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan bagi salah satu dosen di Universitas Brawijaya Malang untuk menciptakan sistem informasi terpadu dan terintegrasi dengan KTP-Elektronik maupun layanan BPJS Kesehatan.

Bersama Institut Biosains Universitas Brawijaya Malang, Eka Maulana yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen pengajar di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang menciptakan Sistem Rekam Medis Terpadu atau Simerdu yang berbasis Internet of Things (IoT).

Menurut Eka, saat ditemui Sabtu (12/01/2019), Simerdu merupakan sebuah sistem rekam medis terpadu berbasis internet dan radio frequency identification yang dapat digunakan secara terintegrasi antara klinik dokter, Puskesmas dan rumah sakit rujukan.

“Melalui jaringan dan perangkat pembaca yang terhubung dengan jaringan internet, sistem ini mampu menangani data medis pasien dalam skala besar dan dapat dengan mudah dipantau melalui sebuah aplikasi atau situs internet,” jelasnya.

Bagi tim medis dan institusi kesehatan, terang Eka, Simerdu nantinya memberikan beragam kemudahan dalam operasionalnya. Selain bersifat transparan, Simerdu juga dapat dikelola dengan mudah, cepat dan tepat, terkait kondisi kesehatan pasien, daftar penyakit yang pernah diderita, obat yang biasa dikonsumsi selama sakit, alergi maupun penangan medis yang pernah diterima pasien.

“Uniknya, sistem Simerdu tidak hanya terfokus dengan riwayat kesehatan pasien yang berhubungan dengan penanganan medis pasien, namun nantinya juga bakal dikembangkan untuk terkoneksi dan terintegrasi dengan layanan BPJS Kesehatan dan KTP-Elektronik,” ungkapnya.

Demi memudahkan pasien pemegang akun dan tenaga medis, Eka pun memberikan dua alternatif alat pengenal identitas setiap pasien, masing-masing gelang pengenal serta kartu magnetik layaknya kartu  ATM atau KTP-Elektronik. (say/yon)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content