Inflasi Januari Kota Malang Terendah di Jawa Timur

Malang, (malangkota.go.id) – Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang pada 1 Februari 2021, bahwa inflasi Kota Malang Januari 2021 sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,09. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Januari 2021 terhadap Januari 2020) sebesar 1,07 persen.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Malang, Azka Subhan Aminurridho

Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, tercatat seluruh kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Madiun sebesar 0,60 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,37 persen, Kota Probolinggo sebesar 0,28 persen, Jember sebesar 0,25 persen, Banyuwangi sebesar 0,18 persen, Kota Kediri sebesar 0,16 persen, serta Sumenep dan Kota Malang masing-masing 0,06 persen.

Capaian ini tidak terlepas dari kondisi masih tingginya Covid-19 dan kembali diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Malang Raya mulai tanggal 11 Januari 2021 sehingga mempengaruhi daya beli masyarakat.

Komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi di Kota Malang berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau antara lain komoditas cabai rawit, tempe, dan tahu mentah dengan andil masing-masing sebesar 0,22%, 0,04%, dan 0,03%. Kenaikan harga cabai rawit lebih disebabkan oleh faktor seasonal seiring dengan masuknya musim tanam di bulan Desember, dan panen yang biasanya baru berlangsung di bulan Maret.
Beberapa hal itu yang disampaikan Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Malang, Azka Subhan Aminurridho pada Selasa (02/02/2021). Selain itu, kata dia, tingginya curah hujan di sejumlah sentra produksi turut menjadi penyebab kenaikan harga cabai. Inflasi cukup tertahan oleh koreksi tarif angkutan udara yang menyebabkan deflasi dengan andil sebesar -0,08%.

Terjadi penurunan penumpang di Bandara Abdulrachman Saleh Malang seiring dengan PPKM di Malang Raya yang kembali diperpanjang. Pengelola bandara menyampaikan selama periode Januari 2021 tercatat adanya pergerakan pesawat sebanyak 110 kali lepas landas dan 110 kali pendaratan dengan total penumpang datang dan berangkat sebanyak 11.135 orang yang menunjukan penurunan sebesar -73,31% (mtm).

“Strategi pengendalian ‘4K’ (ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif) tetap diperlukan untuk tetap menjaga inflasi yang stabil dengan tetap mempertahankan daya beli masyarakat di tengah pandemi Covid-19,” imbuh Azka.

Arah kebijakan ketersediaan pasokan dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan teknologi digital farming dan diversifikasi produk pangan olahan. “Kelancaran distribusi melalui digitalisasi pasar dan platform belanja online yang dapat memudahkan masyarakat dengan kemudahan pengiriman menggunakan transportasi online,” terangnya.

Selain itu, perlu dilakukan penguatan pelaksanaan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga (KPSH). Komunikasi efektif juga terus dilakukan berfokus pada perbaikan kualitas dan aksesabilitas data, peningkatan intensitas komunikasi dan koordinasi, serta senantiasa senantiasa memberikan imbauan pada masyarakat.

Di wilayah kerja Bank Indonesia Malang, kata Azka, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menjaga stabilitas stok dan harga pangan di tengah pandemi Covid-19, di antaranya melalui pelaksanaan survei dan pemantauan harga oleh TPID serta satgas pangan, pelaksanaan operasi pasar dengan melibatkan Bulog dan pihak terkait lainnya.

“Ke depan, Bank Indonesia Malang tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah di tingkat daerah, guna mengendalikan inflasi 2021 sesuai dengan kisaran targetnya sebesar 3,0%±1%,” urainya.

Di samping itu, Bank Indonesia Malang dan pemerintah daerah juga terus berupaya untuk mendorong kegiatan ekonomi. Hal tersebut dengan memperhatikan protokol kesehatan dan meningkatkan daya beli masyarakat selama berlangsungnya pandemi Covid-19 sebagai bagian dari upaya mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). (say/rika/ram)