Malang, MC – Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji mengatakan Kota Malang memiliki kurang lebih 150 startup yang telah eksis dan berkembang. Hal itu sebagai potensi sumber daya manusia dalam mengembangkan ekonomi kreatif berbasis digital. Pernyataan tersebut disampaikannya saat paparan Penilaian Tahap II Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur secara virual dari Ngalam Command Center (NCC), Senin (15/02/2021).
“Kota Malang memiliki sumber daya manusia yang potensial dan ketika dikolaborasikan dengan ekonomi kreatif maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Saat ini, ada kurang lebih 150 startup yang terus berkembang,” ujar Sutiaji.
Ekonomi kreatif merupakan ekonomi yang bersumber pada pengetahuan dan keterampilan. Semua berawal dari apa yang dimiliki, lalu diwujudkan ke bahan dan dijadikan sebuah produk yang bernilai ekonomi. Di sektor digital produknya berbasis digital seperti software atau aplikasi. Namun saat ini, output dari industri ekonomi kreatif berbasis digital nyatanya tidak hanya terbatas pada produk-produk digital. Tetapi bagaimana seorang usahawan memasarkan produknya dengan memanfaatkan teknologi digital.
Stasion adalah Komunitas Startup Singo Edan Malang, sebuah komunitas yang bertujuan membantu mengembangkan ekosistem digital kreatif di Malang dan Indonesia. Komunitas ini bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya Pemerintah Kota Malang melalui Tim Komite Ekonomi Kreatif Kota Malang & Tim Kata Kreatif. Selain itu, komunitas ini memiliki 18 Komunitas Teknis, 20 Perguruan Tinggi IT, dengan jumlah lulusan sekitar 4.800 per tahun.
Ketua Komunitas Stasion Startup Singo Edan Malang, M. Ziaelfikar Albaba menyampaikan bahwa untuk membangun sebuah industri kreatif berbasis digital dibutuhkan kemampuan sebagai hustler, hipster, atau hacker. Hustler adalah kemampuan di dunia bisnis, seperti manajemen, finance, marketing. Hipster, seorang desainer kreatif. Lalu, hacker yang menerjemahkan produk menjadi sebuah teknologi, biasanya melalui website, aplikasi, atau media sosial.
Startup dikembangkan berangkat dari problem yang dipecahkan dengan menciptakan solusi berbentuk produk digital. Akan muncul sebuah konsep lalu pembuatan prototipe (prototiping), setelahnya dilakukan validasi ke market, sehingga dapat dikembangkan kemudian. Validasi market sendiri tujuannya untuk mengetahui apakah produk tersebut memang bisa menjawab kebutuhan pasar atau tidak.
Untuk sektor digital, pandemi Covid-19 nyatanya tidak membawa dampak negatif dari segi demand atau permintaan pasar. “Malah banyak perusahaan ternyata membutuhkan tenaga kerja tambahan di bidang digital, ataupun membutuhkan vendor yang bisa menyediakan dan mengelola sistem digital untuk optimalisasi perusahaannya masing-masing,” ungkap pria yang juga Co Founder dan Director Indiekraf.com dan Indiekraf Studio.
Hal ini dilakukan banyak perusahaan untuk menjawab kebutuhan pasar di tengah pandemi. Menurutnya, ekonomi kreatif seharusnya berpotensi untuk mendukung pembangunan daerah. Di Malang banyak pelaku kreatif, industri kreatif, seniman, budayawan, dan ditunjang dengan cukup banyaknya perguruan tinggi, tentu akan melahirkan banyak sumber daya manusia yang kompeten di bidang ini. “Dengan demikian ekonomi kreatif bisa berpotensi untuk menjadi tulang punggung perekonomian kita,” ungkap pria yang akrab disapa Fikar ini.
Fikar memberi tips bagi para pemula yang saat ini ingin memulai menggeluti ekonomi kreatif berbasis digital. Jangan takut gagal. Coba saja, trial and error. Di balik kegagalan akan banyak yang dipelajari, bisa introspeksi diri, dan menyadari kekurangan yang bisa diperbaiki dan dikembangkan.
“Coba saja mulai dari yang paling sederhana, lalu uji coba ke pasar. Kalau nanti diminati kita bisa kembangkan ke produk yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga tercipta sebuah produk yang sempurna dan menjawab kebutuhan pasar,” tegasnya. (ari/ram)