Malang, (malangkota.go.id) – Kegiatan rutin Malang Jurnalis Forum (MJF) memasuki sesi keempat pada Kamis (22/4/2021). Bertempat di Kantor Tugu Media Grup di Jalan Dirgantara A1/12B Lesanpuro, kali ini, diskusi ‘Bincang Ramadan Forum Jurnalis Malang Raya’ membahas tema spesifik, yaitu membincang soal ‘Inovasi dan Tantangan Pers di Era Komunikasi Digital’.
Pada diskusi kali ini melibatkan orang-orang yang kompeten di bidangnya seperti CEO Paragon Technology & Innovation, Salman Subakat, mantan wartawan dan pakar komunikasi nasional Dr. Aqua Dwipayana, Ketua AJI Malang Raya M. Zaenuddin, Ketua PWI Malang Raya Cahyono dan juga Nurcholish MA Basyari selaku tim penguji UKW di Dewan Pers.
Pada dasarnya, tantangan pers di era digital saat ini ada pada kualitas produk jurnalistik dan kredibilitas media. Ketua PWI Malang Raya, Cahyono menuturkan, wartawan yang kredibel adalah yang mempunyai sertifikasi kompetensi. Begitu juga dengan medianya, juga telah terverifikasi di Dewan Pers.
“Dalam membangun kepercayaan di mata publik maupun pihak mitra kerja, media harus profesional dan responsif. Apalagi di era digital saat ini, di mana informasi seolah datang bak banjir bandang. Di sinilah peran media dituntut hadir lebih intensif,” imbuhnya.
Dari pengamatan di lapangan, kata Cahyono, khususnya bagi wartawan muda masih perlu adanya peningkatkan kapasitas, wawasan dan pemahaman kode etik jurnalistik hingga Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Dengan demikian, nantinya para wartawan muda ini dapat menempa diri dengan baik.
Terkait hal tersebut, PWI Malang Raya sebagai salah satu organisasi profesi wartawan yang intens dalam upaya mewujudjan semua itu, ke depan akan lebih intens dalam program sertifikasi kompetensi wartawan. “Khususnya bagi wartawan milenial yang perlu diberi edukasi dan pemahaman bagaimana menjadi jurnalis yang baik,” urai Cahyono.
Pernyataan senada disampaikan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang Raya, M. Zaenuddin. Menurutnya, bahwa selain kredibilitas, pers juga harus terus menjaga fungsinya sebagai pilar demokrasi. Kendati dihadapkan dengan berbagai problema media di era digital, hal itu tetap harus dipegang teguh.
Ditambahkanbya, jurnalistik hari ini memang sedang dihadapkan pada dilema antara kecepatan informasi dan mempertahankan akurasi informasi. Di situlah muncul fenomena jurnalis copy paste yang cukup menyedihkan.
“Itu nyata, sering saya lihat. Tapi itu semua juga lahir karena industri media sendiri yang menuntut wartawannya dengan target berlebih. Misal adanya target lima berita sehari itu menurut saya sudah berat,” terang Zainuddin.
Belum lagi, kata dia, media, khususnya jurnalis masih dihadapkan dengan benturan para audiens atau masyarakat. Seperti yang dialami rekan jurnalis di Kota Malang beberapa hari lalu yang kena kasus doxing. Itulah sejumlah tantangan pers di dunia digital yang memang harus dihadapi.
“Oleh sebab itu, insan pers masih perlu mawas diri dan berhati-hati dalam menyerap suatu informasi. Disiplin vrifikasi dan konfirmasi menjadi satu keharusan. Jangan hanya main ikut-ikutan menggelundungkan informasi, tanpa melakukan verifikasi dan konfirmasi. Setidaknya, pers harus jadi wasit atas suatu informasi,” papar Zainuddin.
Sementara itu, pakar komunikasi nasional, Aqua Dwipayana yang juga mantan wartawan senior menambahkan, selain kualitas dan kredibilitas, apa yang harus dibangun insan pers di era euforia media hari ini adalah silaturrahmi.
”Kualitas, kredibilitas dan terus konsisten menjaga silaturrahmi, saling berjejaring. Silaturrahmi, bagaimanapun bentuknya adalah hal utama dalam membangun sesuatu,” tegasnya.
Sebagai informasi, MJF merupakan wadah komunikasi antar wartawan di Malang Raya dengan kegiatan utama adalah diskusi selama Ramadan 2021. Tujuan utamanya sebagai wadah silaturahim dan menambah wawasan wartawan. Acara diskusi seperti ini nanti akan berlangsung hingga enam sesi. (say/ram)