Sukun (malangkota.go.id) – Berawal dari kesulitan mencari pekerjaan saat pandemi Covid-19, warga Kelurahan Kampung Nila Slilir, Kelurahan Bakalan Krajan, Kota Malang kini justru memiliki kegiatan yang menghasilkan dengan budidaya ikan nila. Agung Sugiantoro memanfaatkan lahan terbatas untuk pembibitan dan budidaya ikan nila.
Agung Sugiantoro mengungkapkan berdirinya Kampung Nila Slilir tidak lepas dari pandemi Covid-19. Saat warga tidak banyak bekerja di luar rumah, maka dia akhirnya berkumpul bersama keluarga untuk memperoleh penghasilan.
“Ada sekitar delapan rumah tangga yang saat ini membudidayakan nila yang menjadi anggota kelompok kami,” jelas Agung, Rabu (16/6/2021).
Agung yang juga merupakan ketua kelompok pembudidaya ikan Krajan Slilir, menambahkan sistem yang digunakan untuk budidaya ikan nila ini menggunakan sistem bioflok. Di mana dengan sistem ini pembudidaya ikan bisa menghemat air untuk budidaya, sebab tidak perlu melakukan pergantian air.
“Mulai bibit masuk sampai bisa dipanen sistem yang kami kembangkan tidak memerlukan pergantian air sehingga sangat hemat air,” kata Agung.
Dengan sistem ini cukup mengandalkan air sumur saja para budidaya ikan sudah bisa memenuhi kebutuhan airnya. Hal ini berbeda dengan pembudidayaan ikan nila yang biasa dilakukan di sungai, sawah, ataupun keramba yang luas.
“Untuk menciptakan arus seperti di sungai, karena ikan nila termasuk ikan yang biasa hidup di air mengalir kami menggunakan aerator,” tutur Agung.
Dengan sistem ini, Agung menyebutkan sejak didirikan tahun 2020 lalu hingga saat ini perkembangan ikan nila di Slilir cukup bagus. Berapapun panen ikan nila bisa dibudidayakan di tempat ini langsung habis terjual.
“Untuk pemasaran kami tidak pernah bingung, justru untuk meningkatkan jumlah ikan yang kami pelihara lebih sulit karena lahan kami terbatas,” ujar Agung.
Menyiasati lahan yang terbatas, Agung menyebutkan kelompok budidaya ikan nila di Slilir menerapkan tebar padat untuk budidaya ikan. Di mana untuk kolam berukuran diameter 3 meter biasa diisi dengan 1200 sampai 1.500 ekor ikan nila.
“Kalau dibudidaya ikan nila biasa per meter biasanya hanya diisi 20 ekor. Inilah perbedaan budidaya kami dibandingkan di budidaya ikan nila konvensional,” tegas Agung.
Dengan pemeliharaan tebar padat diakui Agung, memang juga memiliki risiko yang sangat besar saat tiba-tiba listrik dari PLN mati. Untuk itu sebagai cadangan saat sewaktu waktu listri PLN mati pihaknya menyiapkan genset. (cah/ram)