Malang (malangkota.go.id) – Bagi sebagian orang, sampah merupakan salah satu masalah serius yang sulit mengatasinya. Namun bagi warga RW 1 Kelurahan Tasikmadu, Kota Malang, sampah merupakan sebuah anugerah yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Warga di kelurahan ini memilah dan mengolah sampah organik untuk pakan ternak budidaya maggot.
Maggot adalah larva dari lalat jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau dalam bahasa Latin Hermetia Illucens. Maggot biasanya diberikan untuk beberapa hewan ternak seperti jenis unggas maupun untuk jenis ikan. Dalam tubuh maggot terkandung asam amino dan protein sebesar 40 persen.
Ketua RW 1 Kelurahan Tasikmadu Efendi Badrus menyampaikan, selain sebagai salah satu cara mengurangi sampah organik, budidaya maggot mempunyai nilai ekonomis karena larva hasil ternak dapat dijual untuk pakan ternak seperti unggas dan ikan. Awal mula terbentuknya budidaya maggot ini, warga banyak mengeluhkan banyaknya sampah yang tidak terambil sehingga menimbulkan bau terutama sampah basah.
“Sejak adanya budidaya maggot ini, akhirnya pengambilan sampah di lingkungan menjadi tertib. Di mana utamanya sampah basahnya terangkut semua karena langsung digiling untuk pakan maggot ini,” papar pria yang akrab disapa Badrus tersebut.
Ia mengungkapkan, warga merasakan perubahan sesudah dan sebelum adanya budidaya maggot tersebut. Menurutnya, budidaya maggot ini membawa dampak sangat positif bagi warga lingkungan sekitar. Bau sampah di sudut-sudut titik pembuangan kini tidak lagi dirasakan sehingga lingkungan menjadi lebih bersih dan nyaman. Dengan adanya maggot ini, sampah yang sebelumnya terbuang sia-sia kini mempunyai nilai ekonomis.
“Jadi sebelumnya kami telah melakukan sosialisasi kepada warga, terutama yang kami sasar adalah ibu-ibu yang biasanya menangani untuk urusan sampah di rumah tangga. Ibu-ibu per RT kita sosialisasikan nilai positif dan dampak ke lingkungan seperti apa,” sambungnya.
Badrus menyampaikan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang turut mendampingi dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Akhirnya warga paham, bahwa ternyata sampah basah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak tidak hanya dibuang sia-sia. Untuk nilai ekonomi, lanjut Badrus, walaupun bentuknya kecil tapi bisa dirupiahkan.
Pengolahan maggot membuka lebar pintu bagi warga yang ikut membantu menjual hasil panen. Warga diberikan harga pokok produksi, beberapa warga sudah bisa menjual untuk pakan-pakan burung. Dalam sehari ada yang bisa menjual 10-15 kg dengan harga pokok Rp5.500,00-Rp6.000,00 biasanya dijual sekitar Rp10.000,00.
“Budidaya maggot tidak begitu sulit untuk dikembangkan. Tapi tetap ada kendalanya, terutama ada di hewan predator seperti tikus, kecoa, cicak, semut, bisa juga laba-laba. Selain itu, untuk kondisi medianya tidak bisa terlalu basah atau kering sehingga harus benar-benar kita kontrol,” jelas Fikri, salah satu pengelola budidaya maggot di RW 1 Kelurahan Tasikmadu.
Menurutnya, siklus maggot dari telur hingga menetas membutuhkan waktu 3-5 hari. Setelah telur menetas, maka akan ditabur ke kolam (bioponik) dan siap untuk diberi pakan sampah organik yang telah digiling. Proses untuk pembesaran dibutuhkan waktu selama 12-14 hari. Kemudian ketika di umur 12-14 hari, maggot siap panen. Beberapa maggot disisakan agar bisa dijadikan bibit untuk mendapatkan telurnya kembali.
“Ketika panen, dalam satu kolam bisa menghasilkan 85-90 kg maggot, saat ini di sini ada 10 kolam. Setelah seminggu dari larva mereka menjadi prepupa hingga masuk ke fase pupa kemudian lalat lalu kembali bertelur. Dalam satu kali siklus (20 hari) menghabiskan 6 ton sampah organik, jadi per hari kira-kira 300 kg sampah organik yang berkurang untuk makan maggot,” paparnya.
Larva maggot tidak menjadi medium penyakit serta dapat mengurai sampah organik 1-3 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Sehingga sangat efektif untuk mengurangi sampah khususnya sampah organik limbah rumah tangga sisa makhluk hidup baik hewan, manusia, atau tumbuhan seperti sisa makanan, sayur-sayuran, kulit buah, daun dan lainnya.
“Selain maggot, sisa dari sampah yang dimakan hasil dari budidaya maggot pun diolah menjadi kompos sehingga juga memiliki nilai guna dan ekonomi,” tutup Fikri. (yul/ram)