Malang, (malangkota.go.id) – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang menyampaikan Berita Rilis Statistik (BRS) secara rutin setiap bulannya. Tak seperti biasanya, di mana BPS hanya merilis indeks harga konsumen/inflasi bulanan, rilis BRS yang diselenggarakan secara daring Selasa (1/3/2022), Kepala Badan Pusat Statistik Kota Malang Erny Fatma Setyoharini, SE., MM juga merilis perkembangan pariwisata Kota Malang Januari 2022, produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Malang 2021, dan gini ratio Kota Malang 2021.
Erny mengungkapkan, pada Februari 2022 ini, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,18 persen untuk month to month (mtm), untuk inflasi tahun kalender (Februari 2022 terhadap desember 2021) sebesar 0,70 persen. Sedangkan inflasi year on year (yoy) sebesar 2,41 persen. Jika disandingkan dengan nilai inflasi di Jawa Timur dan nasional, inflasi di Kota Malang paling tinggi.
“Kalau dilihat dari sebelas kelompok pengeluaran, yang menyumbang inflasi tertinggi di Februari adalah perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga, yakni sebesar 1,83 persen dengan andil inflasi 0,11 persen,” ujar Erny.
Berikutnya, kata dia, ada di perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 1,54 dengan andil inflasi sebesar 0.09 persen. Sedangkan makanan, minuman dan tembakau justru mengalami deflasi sebesar -0,50 persen. Untuk inflasi umum pada komponen energi terjadi inflasi sebesar 0,08 persen sedangkan untuk komponen bahan makanan terjadi deflasi sebesar -0,84 persen.
Lebih lanjut, Enny menyebutkan 10 komoditas utama penyumbang inflasi pada Februari 2022 di Kota Malang adalah mobil, sabun detergen bubuk/cair, daging ayam ras, bawang merah, biaya keamanan, tisu, pengharum cucian/pelembut, shampoo, mangga, dan pisang. Sedangkan sepukul komoditas utama yang andil dalam deflasi adalah minyak goreng, telur ayam ras, cabai rawit, angkutan udara, ikan mujair, kerudung/jilbab, udang basah, papaya, beras, dan semangka.
“Data terkait tingkat wisata khususnya perkembangan tingkat hunian kamar hotel Kota Malang pada Januari 2022. Dari 100 kamar hotel bintang yang tersedia di Kota Malang rata-rata terdapat 43 sampai dengan 44 kamar yang terisi setiap harinya. Sedangkan Rata-rata Lama Menginap Tamu (RLMT) Hotel Bintang di Kota Malang 0,14 poin lebih rendah dibandingkan RLMT Jawa Timur dan 0,29 poin lebih rendah dibandingkan RLMT Indonesia,” papar perempuan berkacamata ini.
Kepala BPS Kota Malang pun menyampaikan tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Malang Tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi nasional dan regional mulai membaik pada tahun 2021, setelah terkontraksi cukup tinggi di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19. Baik di secara nasional maupun regional di level provinsi maupun Kota Malang seluruhnya terjadi kontraksi perekonomian.
“Namun di tahun 2021 sudah terjadi pemulihan ekonomi yang diindikasikan pada pertumbuhan perekonomian yang tidak lagi terkontraksi yang disebabkan adanya adaptasi di era normal baru yang mulai berlangsung di tahun 2021, sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi. Perekonomian Kota Malang telah tumbuh sebesar 4.21 persen dibandingkan tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi di Kota Malang lebih tinggi daripada di level nasional yang tumbuh 3,69 persen dan Jawa Timur di 3,57 persen,” ungkapnya.
Menurut data BPS yang dirilis hari ini, Kota Malang menempati urutan kelima dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,21 persen sama dengan Kabupaten Sidoarjo. Jika dilihat dari sisi lapangan usaha, struktur PDRB Kota Malang di tahun 2021 secara umum memang belum mengalami perbedaan signifikan dari tahun 2020. Kontributor perekonomian terbesar di Kota Malang berturut-turut adalah dari sektor perdagangan (29,09 persen), industri pengolahan (26,72 persen), dan konstruksi (12,39 persen).
“Sedangkan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan untuk masing-masing usaha di Kota Malang, pertumbuhan sektoral tertinggi dicapai oleh perdagangan besar dan eceran (8,21 persen), diikuti transportasi dan pergudangan sebesar (8,01 persen), serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial (5,45 persen),” sambungnya.
Dilihat dari komponen pengeluaran, lebih dari setengah PDRB Kota Malang bersumber pada pengeluaran konsumsi rumah tangga (67,77 persen), pembentukan modal tetap bruto (33,44 persen), pengeluaran konsumsi pemerintah (3,24 persen). Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2021, pertumbuhan tertinggi dialami oleh pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (13,03 persen), pengeluaran konsumsi rumah tangga (2,55 persen), dan pembentukan modal tetap bruto (1,55 persen).
Dalam rilis ini juga dipaparkan terkait gini ratio Kota Malang. Untuk mengukur ketimpangan/kesenjangan pengeluaran penduduk, BPS menggunakan indikator gini ratio dan distribusi pengeluaran menurut World Bank. Tahun 2021 Gini Ratio Kota Malang sebesar 0,407. Terjadi peningkatan sebesar 0,012 poin dibandingkan dengan tahun 2020. Gini Ratio Kota Malang menduduki peringkat pertama di antara kabupaten/kota Jawa Timur, sekaligus berada di atas angka gini ratio Provinsi Jawa Timur.
Kota Malang sering menduduki peringkat tertinggi gini rationya di Jawa Timur. Tingginya gini ratio di Kota Malang secara formula disebabkan oleh besarnya proporsi pengeluaran 20 persen penduduk paling sejahtera yang menempati posisi tertinggi di Jawa Timur dan didukung oleh rendahnya proporsi pengeluaran 40 persen penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah yang juga terendah di Jawa Timur.
“Masyarakat Kota Malang pada tahun 2021 mengalami ketimpangan sedang (moderat). Namun masih pada taraf wajar dengan status perkotaan yang maju di antara kabupaten/kota di Jawa Timur. Rendahnya tingkat kemiskinan dan tingginya rata-rata pengeluaran perkapita tertinggi kedua di Jawa Timur memberikan gambaran situasi kesejahteraan di Kota Malang positif,” tutupnya. (ari/ram)