Malang, (malangkota.go.id) – Kawasan Jalan Gede Kota Malang sejak lama telah menjadi salah satu sentra kuliner di Kota Malang. Di sepanjang jalan ini, banyak pedagang makanan dan minuman berjajar rapi, menempel di dinding SMAK St. Albertus atau orang mengenalnya dengan sebutan Dempo.
Bahkan dinding ini diberi lubang, sehingga murid Dempo bisa membeli tanpa harus keluar dari area dalam sekolah. Salah satunya kuliner yang digemari adalah Gado-gado Pak Atim. Usaha kuliner ini dinamai sesuai nama pendirinya, yaitu Pak Atim. Saat ini kedai ini dikelola oleh generasi ketiga, yaitu cucu Pak Atim bernama Ratna.
“Gado-gado ini sudah sejak tahun 1960-an kira-kira. Dulu Pak Atim jualannya keliling pakai pikulan. Rutenya ya daerah sekitaran sini. Terus katanya kalau pas jam istirahat sekolah, baru mangkal di Dempo ini, melayani anak sekolah,” cerita Ratna.
Sekilas tampak tak berbeda dengan gado-gado pada umumnya. Ada sayur kubis, selada, timun, tauge, tahu goreng, telur rebus, dan juga lontong disiram dengan bumbu kacang kental. Tak lupa kerupuk dan emping melinjo yang melimpah. Rasa bumbunya khas, gurih dan manis berpadu sempurna dalam satu suapan.
Bagi Anda yang suka pedas, tentu di sini juga disediakan sambal. Tak seperti sambal untuk gado-gado lain yang sudah dihaluskan, sambal Gado-gado Pak Atim ini menggunakan sambal dengan irisan bawang. Dari penuturan Ratna, dalam sehari bisa menjual ratusan porsi gado-gado.
“Kalau Sabtu-Minggu dan libur bisa 100-150. Kalau pas anak sekolah masuk bisa sampai 250,” ungkapnya.
Karena banyak yang menggemari gado-gado ini, Ratna juga menjual bumbu gado-gado dalam berbagai ukuran. Bumbu ini juga dipasarkan melalui marketplace. Dia pun telah menjual produknya melalui ojek online. “Ini susah ada izin produk industri rumah tangga (PIRT) dan sekarang sedang proses sertifikasi halal,” ucapnya.
Penikmat gado-gado Pak Atim ini dari berbagai kalangan. Tua muda, anak sekolah hingga pegawai kantoran. Tak ayal, jika kawasan ini selalu ramai terlebih saat jam makan siang. Banyak juga para alumni sekolah Dempo yang datang dan bernostalgia dengan makan gado-gado Pak Atim.
“Dulu waktu sekolah, saya suka makan ini waktu istirahat. Harganya masih Rp6 ribu kalau gak salah. Kita belinya lewat lubang-lubang itu. Dulu suka minta tambah kerupuk. Bapaknya selalu kasih, malah dikasih satu plastik,” tutur Tyas, salah satu langganan Gado-gado Pak Atim.
Seporsi gado-gado lezat seharga Rp15 ribu. Sedangkan bumbu gado-gadonya dijual mulai harga Rp21 ribu – Rp50 ribu tergantung ukurannya. Kedai buka setiap hari (kecuali Jumat) mulai pukul 09.00-16.00 WIB. (ari/ram)