Malang, (malangkota.go.id) – Jarum jam sudah hampir menunjuk pukul 01.00 WIB pada Selasa (19/4/2022) dini hari. Sosok perempuan berhijab tampak belum beranjak dari salah satu sudut kawasan Jalan Ki Ageng Gribig Kota Malang. Sembari berbincang dengan beberapa staf, matanya sesekali berkeliling mengamati belasan pekerja hilir mudik membenahi kondisi ruas jalan tersebut.
Ia adalah Ir. Diah Ayu Kusumadewi, MT (52), salah satu sosok perempuan pemimpin di lingkungan Pemerintah Kota Malang. Sejak tahun 2021 lalu, dia dipercaya menahkodai Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang.
Perempuan penyuka warna hijau yang lebih suka berkarya dalam senyap ini berpandangan, peran perempuan sangat penting dalam pembangunan. Termasuk dalam dunia infrastruktur yang kini dijalaninya dan sering dipersepsikan lekat dengan maskulinitas.
“Perempuan adalah kunci kekuatan bangsa. Kenapa? karena bahkan dari satuan terkecilnya, kualitas keluarga sangat banyak dipengaruhi oleh peran perempuan, sebagai ibu. Sehingga kalau unit-unit terkecilnya sudah kuat, maka bangsa juga pasti bagus,” ujar Diah.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Plt. Asisten Perekonomian dan Pembangunan tersebut sangat bersyukur, bahwa di era modern ini perempuan semakin memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam pendidikan, berkarya dan berkarir.
Diah mencontohkan, dalam birokrasi Pemkot Malang, dari 22 pejabat eselon II ada delapan perempuan, termasuk dirinya. Artinya, tingkat keterwakilan sudah mencapai 36 persen dengan tren meningkat dibanding periode-periode terdahulu.
Sepanjang perjalanan karirnya yang telah menyentuh angka 27 tahun, sudah banyak lika-liku suka duka yang dihadapi. Setiap hari ia usahakan menghadirkan kesan, mulai saat menjadi staf yang harus mengikuti arahan pimpinan dan memimpin diri sendiri, memimpin satu orang, memimpin dua orang, sampai saat ini menjadi ‘ibu’ bagi ratusan pegawai DPUPRPKP Kota Malang.
Diah yang terkenal ramah di mata banyak kolega dan stafnya itu tidak menampik, bahwa tugas yang diembannya sangat besar. Karenanya ia memilih menjalani setiap hari dengan penuh sabar, syukur dan ikhtiar.
“Yang tak kalah penting adalah saling percaya, kebersamaan, kompak dengan teman-teman. Karena saya ini ya jelas banyak kurangnya. Makanya senang kalau di setiap tempat tugas bisa ada teamwork yang bagus, saling melengkapi. Kadang malah bisa jadi seperti saudara sendiri,” imbuhnya.
Menelaah sejarah, Diah memandang Kartini dan para pahlawan perempuan Indonesia lainnya mempunyai makna simbolis kuat dalam kesetaraan yang hadir saat ini. Jika dulu perempuan dianggap ‘kanca wingking’ atau teman belakang, sekarang sudah menjadi ‘kanca ing gawe’ atau partner berkarya.
Dengan demikian, perempuan yang menggemari tahu kupat dan cucur pandan ini tetap sadar, bahwa setara dalam karir tidak berarti dirinya bisa meninggalkan kodrat peran sebagai ibu dan istri.
“Ya jelas harus bisa membagi waktu dan tanggung jawab. Saya bisa seperti ini jelas karena dukungan suami tercinta dan anak-anak tercinta. Alhamdulillah, suami saya itu pengertian banget. Saat rapat-rapat sampai menjelang sahur, menemani mengecek pekerjaan mengaspal dini hari, keliling setiap banjir juga selalu didampingi suami,” ujarnya tulus.
Dalam momen jelang peringatan Hari Kartini tahun 2022 ini, Diah mengajak perempuan-perempuan muda Kota Malang maju dalam berpikir, mengambil keputusan, dan berpenampilan. Namun demikian, tetap tidak lupa pada identitas budaya nusantara dan selalu menjalani hidup dengan akhlak yang baik.
“Mandiri harus, tapi tidak boleh kebablasan merasa bisa segalanya. Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia, kita bisa,” pesannya. (ndu/ram)