Malang, (malangkota.go.id) – Keberadaan sungai, khususnya sungai berskala besar seperti halnya sungai Brantas dan Bango di Kota Malang, akan membawa manfaat besar dan bahkan petaka bagi masyarakat. Hal ini tergantung atau dipengaruhi oleh seberapa besar kepedulian masyarakat terhadap sungai dalam kehidupannya.

Budayawan kota Malang, Isa Wahyudi atau Ki Demang memimpin jalannya ritual Petik Tirto Amerto, Minggu (24/7/2022)

Jika sungai terjaga kebersihannya dan dimanfaatkan untuk hal-hal positif, maka akan membawa manfaat bagi umat dan sebaliknya. Petaka pun akan datang apabila manusia sudah mulai acuh tak acuh dengan keberadaan sungai.

Beberapa hal itu yang disampaikan oleh Analis Destinasi Pariwisata, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Nurul Azar, SH pada acara Petik Tirto Amerto yang menjadi rangkaian Festival Kali Brantas di Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen, Minggu (24/7/2022). Menurutnya, kepedulian terhadap sungai ini harus dilakukan bersama semua elemen masyarakat dan menggunakan cara-cara yang menarik.

Dia mencontohkan, seperti halnya Festival Kali Brantas yang digelar kali ini dan akan dilaksanakan di tujuh kampung tematik serta dikemas dalam bentuk ritual. Seperti ritual ngumbah gerabah kali Brantas, ciblon kali Brantas dan petik tirto amerto.

Melalui seni budaya seperti ini, terang perempuan berhijab itu, merupakan cara efektif untuk mengajak masyarakat dalam menjaga kebersihan sungai maupun sumber air yang ada di sekitarnya. “Dengan tidak membuang sampah di sungai, maka akan mencegah terjadinya banjir maupun tanah longsor,” ungkapnya.

Apabila sudah demikian, kata Nurul, maka sungai pun dapat dijadikan destinasi wisata menarik, seperti halnya arung jeram dan pusat kuliner atau kafe, sehingga secara otomatis juga akan mengungkit ekonomi masyarakat sekitar. “Dari kondisi ini maka kaum muda harus berperan aktif, agar budaya warisan nenek moyang ini tidak luntur diterjang kemajuan jaman,” imbaunya.

Pernyataan senada disampaikan oleh salah satu budayawan Kota Malang, Isa Wahyudi atau yang kerap dipanggil Ki Demang. Usai memimpin ritual dia mengatakan bahwa tradisi ini merupakan warisan para leluhur dan pada zaman dahulu sudah biasa dilakukan. “Dengan melibatkan kaum muda, maka tradisi ini akan terawat serta dapat turun temurun hingga akhir hayat,” tukasnya. (say/ram)

Leave a Comment

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

You may also like

Skip to content