Malang (malangkota.go.id) – Setiap tanggal 15 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Anak Sedunia atau International Childhood Cancer Day (ICCD). Dengan adanya peringatan ini, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya penyakit kanker yang dapat mengancam nyawa anak-anak.
Dokter Anak di Divisi Hermatologi-Onkologi SMF IKA Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang dr. Sony Wicaksono, Sp. A(K), M. Kes, menyampaikan bahwa berdasarkan data WHO pada tahun 2018 tercatat lebih dari 300 ribu anak dan remaja didiagnosis kanker setiap tahunnya. Kanker pun menjadi penyebab kematian pada anak tertinggi kedua pada anak.
“Di Indonesia terdapat sebelas ribuan kasus baru kanker anak. Bahkan di bangsal anak RSSA pun banyak pasien anak yang dirawat karena kanker,” ujarnya saat menjadi narasumber webinar ‘Deteksi Dini Kanker pada Anak’, Rabu (15/2/2023).
dr. Sony menuturkan bahwa beberapa problem yang dihadapi dalam kasus kanker pada anak adalah salah satunya adalah keterlambatan diagnosis. Seringkali orang tua tidak menyadari tanda dan gejala awal pada anak yang menderita kanker hingga terlambat diketahui.
“Beberapa gejala kanker sama dengan penyakit lain. Gejala kanker anak pun tidak khas, sehingga skrining sulit dilakukan,” ungkapnya.
Selain itu, tingginya kasus kanker di Indonesia juga disebabkan karena adanya hambatan dalam akses perawatan, keterbatasan fasilitas diagnostik dan pengobatan, serta tingginya biaya pengobatan kanker. Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah angka kambuh dan kematian akibat kanker pada anak tinggi dengan angka kesintasan rendah.
“Yang disebut kanker anak adalah kanker pada anak yang berusia kurang dari 18 tahun. Memang ada perbedaan karakteristik pada anak dan dewasa. Jika pada anak, kanker biasanya berlokasi pada jaringan, sementara pada dewasa terjadi pada organ. Saat diagnosis, kanker pada anak 80 persen statusnya sudah menyebar, sedangkan pada dewasa kanker pada umumnya masih lokal atau regional. Skrining kanker pada anak pun masih sulit dilakukan ketimbang pada orang dewasa,” terangnya lagi.
Dokter anak yang juga pembina Sahabat Anak Kanker ini menyebutkan bahwa sepuluh persen dari kasus kanker anak disebabkan oleh kerentanan genetik. Sementara itu faktor lingkungan dan gaya hidup turut memengaruhi terjadinya kanker pada anak.
“Seperti paparan bahan kimia dan obat-obatan yang bersifat karsinogenik, paparan radiasi dan asap rokok, kurangnya nutrisi dan aktivitas fisik, termasuk obesitas. Juga faktor biologi seperti virus juga dapat berpengaruh,” terangnya.
Mengutip data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, dr. Sony menyebutkan insiden kanker anak terbanyak di Indonesia adalah leukemia dengan prevalensi 2,8 per 100 ribu anak. Diikuti dengan retinoblastoma, osteosarcoma, limfoma maligna, karsinoma nasofaring, dan neuroblastoma.
dr. Sony berharap masyarakat, terutama orang tua dapat mengenali dan mewaspadai beberapa gejala kanker pada anak. Beberapa gejala bisa menjadi tanda peringatan dini kanker pada anak, di antaranya adalah pucat, lebam, adanya perdarahan atau si anak mudah mengalami perdarahan. Adanya benjolan juga menjadi gejala yang paling sering muncul. Gejala lain adalah demam berkepanjangan dan penurunan berat badan yang signifikan, perut membesar, kelainan pada mata, nyeri kepala, hingga nyeri tulang dan atau sendi.
Jika ditemukan gejala-gejala tersebut, sebaiknya dilakukan langkah pendekatan diagnosis kanker pada anak dengan segera ke dokter atau fasilitas kesehatan. Sehingga kemudian akan dilakukan serangkaian pemeriksaan, mulai pemeriksaan fisik, laboratorium, pencitraan, hispatologi, dan lain sebagainga untuk menegakkan diagnosa kanker pada anak.
“Segera periksakan anak ke dokter apabila menemukan gejala dan tanda klinis kanker pada anak. Orang tua juga bisa melakukan CERDIK (Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin melakukan aktivitas fisik/olahraga, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres) agar anak terhindar dari kanker,” tutupnya. (ari/yon)