Sukun (malangkota.go.id) – Setelah tujuh tahun tinggal di Singapura dan akhirnya kembali ke Kota Malang, Mina Sugianto Tio kini serius mengembangkan pertanian urban farming dengan konsep microgreens di kebunnya yang berada di Jalan Raya Kepuh 236 Sukun Kota Malang.
Mina mengungkapkan dirinya sudah mengembangkan usaha budi daya sayuran microgreen ini sejak tahun 2017. Usaha ini dikatakannya adalah pengembangan usaha sebelumnya yaitu budi daya sayuran organik.
“Banyak permintaan sayuran microgreens. Uuntuk itulah kami layani. Budi daya sayuran (microgreens) ini juga cukup mudah, membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari setelah menanam, sayuran sudah bisa dipanen,” jelas Mina, Kamis (6/4/2023).
Sebagai informasi, microgreens adalah sayuran yang dipanen saat usia sangat muda yaitu sekitar 7 hari-14 hari setelah masa semai. Benih yang digunakan untuk tanaman microgreens adalah sama dengan benih sayuran biasanya.
Dengan di panen dalam waktu yang masih muda, sayuran microgreens memiliki nilai gizi yang sangat tinggi. Sayuran ini sangat cocok untuk mendukung gaya hidup yang sehat dengan ditunjang sayuran yang memiliki nutrisi sangat baik.
Budi daya sayuran microgreens juga tidak membutuhkan tempat yang luas, cukup menggunakan nampan-nampan saja para petani sayuran microgreens sudah bisa berbudi daya. Terlebih karena kualitasnya sangat istimewa sayuran microgreens harga jualnya juga sangat bagus.
“Saya biasa menjual sayuran microgreens untuk satu nampan benih lokal antara Rp40.000,- sampai Rp50.000,-, sementara itu untuk benih impor satu nampan harganya Rp80.000,- ,” terang Mina.
Untuk sayuran produksinya, Mina mengatakan dirinya langsung memasarkan kepada konsumen dan saat ini masih belum menitipkan ke tempat ritel modern. Menurutnya lingkungan di Kota Malang saat ini masih belum mendukung, karena masyarakatnya masih perlu lebih banyak pengenalan terkait sayuran microgreens.
“Ini berbeda dengan di kota-kota besar seprti Jakarta dan Surabaya, pasarnya sudah terbentuk. Di sana bisa dititipkan,” kata Mina.
Terlebih di luar negeri seperti di Singapura dan Jepang, dikatakan Mina sayuran microgreens pasarnya sudah luar biasa. Kalau di Indonesia, di restoran yang juru masaknya orang asing biasanya sudah sangat akran dengan microgreens.
“Biasanya chef-nya menanam sendiri untuk dijadikan sebagai garnis atau penghias hidangan sehingga membuat makanan menjadi menarik. Demikian juga untuk salad sayur juga digemari karena nutrisi microgreens juga bagus,” jelas Mina.
Terkait nama usahanya yang diberi nama Secret Garden, Mina mengungkapkan hal ini karena lokasi usahanya yang berada di belakang tempat usaha ayahnya dan latar belakang usahanya sebagai akuntan.
Ia menceritakan bahwa dirinya kembali ke Kota Malang pada tahun 2016 dan kemudian membuka usaha edukasi wisata sayuran organik. Akan tetapi karena pandemi Covid-19 melanda, pembukaan kebun wisata masih ditunda terlebih dahulu dan kini mulai dirintis kembali.
Mina berharap dengan terus dikenalkan, microgreens akan semakin dikenal masyarakat luas dengan segala manfaat kandunganya serta usaha microgreens di Kota Malang juga akan berkembang pesat seperti di kota besar lainnya atau di luar negeri. (cah/yon)