Malang (malangkota.go.id) – Lima mahasiswa lintas jurusan dari Teknik Elektro dan Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan alat deteksi gelombang otak berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dapat mencegah disabilitas bagi para penderita epilepsi.
Epilepsi merupakan penyakit gangguan aktivitas listrik otak yang dapat terjadi pada setiap orang dan pada berbagai usia. Meskipun kejadian kejang atau epilepsi dapat berujung pada kecacatan bahkan kematian, nyatanya penyakit ini masih sering terabaikan di Indonesia. Sampai saat ini belum ada alat yang dapat memantau secara langsung kondisi apabila pasien mengalami serangan kejang.
Hal tersebutlah yang melatarbelakangi terciptanya DERING (Detection and Monitoring Epileptic Seizures) yang dirangkai dalam bentuk smart headband sehingga mudah digunakan dan berguna mencegah kecacatan pada pasien epilepsi.
“Teknologi ini mengintegrasikan kecerdasan buatan dan mengolah berbagai parameter seperti gelombang otak, detak jantung, dan kemiringan tubuh untuk mendeteksi kejang epilepsi. DERING juga memantau parameter tersebut dari smartphone, sehingga keluarga penderita dapat mengetahui aktivitas dan posisi penderita.
Keunggulan DERING antara lain desain yang nyaman, kecerdasan buatan yang dapat mendeteksi aktivitas gelombang otak yang abnormal, fitur layanan darurat, dan konsultasi dengan dokter.
DERING diciptakan untuk disability limitation atau mencegah kejadian buruk seperti kematian akibat epilepsi. Karena penderita epilepsi dapat mengalami kejang kapan saja dan di mana saja,” kata Ketua Tim Ilham Fathurrahman Hamzah.
Alat DERING menawarkan berbagai keuntungan pada penderita epilepsi mulai dari harganya yang ekonomis, aman, nyaman digunakan serta pasien dapat dipantau secara real time sehingga mencegah kecacatan bahkan kematian.
Dengan memanfaatkan sensor EEG dan sensor Accelerometer Gyroscope, DERING dapat menangkap gelombang otak seperti sinyal delta, theta, alpha, beta, gamma, denyut nadi, dan koordinat posisi.
DERING juga dilengkapi alarm tanda bahaya bagi orang di sekitar penderita, sehingga ketika terjadi serangan kejang, maka bantuan dapat segera diberikan. Teknologi ini terhubung ke aplikasi smartphone sehingga bisa memunculkan hasil pemantauan dari sensor Electroencephalography (EEG) dan sensor Accelerometer Gyroscope, lokasi penderita epilepsi, edukasi terkait epilepsi, fitur konsultasi ke dokter, serta DERING akan menghubungi emergency service secara otomatis apabila terdapat kondisi darurat melalui fitur emergency call.
“Dering EEG diharapkan mampu menjadi solusi bagi pasien epilepsi untuk beraktivitas normal dengan meminimalisir kekhawatiran keluarga dan kerabat karena bisa melakukan monitoring kondisi dan lokasi secara real time” Ucapan Pembimbing / Harapan Pasien Epilepsi
Ide ini telah mendapatkan bantuan pendanaan dari Kemendikbudristek dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karya Cipta dan akan berjuang untuk mengikuti seleksi PIMNAS XXXVI mendatang.
Tim DERING dibimbing oleh Dosen Teknik Elektro, Ir. Nurussa’adah, M.T., dan Dosen Kedokteran dr. Shahdevi Nandar Kurniawan, Sp. S (K). Tim ini terdiri dari Ilham Fathurrahman Hamzah (FT’21), Lukman Hidayat (FT’21), Steffany Dilent (FT’21), Nidya Sekarsari Setyabudi (FK’21), dan Nasim Amar (FK’20). (Say/ UB/yon).